Lihat ke Halaman Asli

Dhani Esa Mahendra

Mahasiswa Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal

Bisakah Generasi Muda Membuat Perubahan dalam Pemilu 2024?

Diperbarui: 20 Januari 2024   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : https://news.detik.com

Indonesia dengan sistem pemerintahan demokrasi serta jumlah masyarakat yang mencapai 273 juta penduduk akan menyelenggarakan Pemilu 2024. Lebih dari 200 juta penduduk bangsa Indonesia akan menjadi pemilih pada tahun ini yang diadakan pada tanggal 14 Februari 2024. Pada hari yang sama pula, masyarakat tidak hanya memilih presiden dan wakilnya, tetapi juga wakil rakyat dalam hal legislatif.

Pada tahun ini ada tiga koalisi besar yang terbentuk dan akan bertarung dalam Pemilu 2024 yakni, Anis Baswedan -- Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo -- Mahfud MD. Ada satu nama menarik, yaitu Gibran Rakabuming Raka. Masuknya Gibran menjadi calon wakil presiden membuat berbagai isu berkembang selama proses menuju pemilu 2024. Penyalahgunaan  kekuasaan, demokrasi cacat, hingga adanya ancaman politik dinasti dinilai oleh para ahli politik akan mewarnai Pemilu 2024.  Adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres dan cawapres juga menimbulkan kecurigaan Masyarakat. Hal itu dinilai sebagai alat supaya bisa memasukkan Gibran dalam salah satu paslon. Dalam hal ini, para pemuda yang berusia 20-30 tahun yang mana akan mendominasi suara pemilih secara nasional dituntut untuk lebih jeli dan seksama dalam memilih paslon terbaik.

Pandangan pemuda dalam menyikapi pemilu

sumber : https://bobo.grid.id

Pemuda dianggap lebih kritis dan tajam dalam melihat berbagai sisi politik setiap kontestan pemilu 2024. Namun banyak juga pemuda yang malas mengikuti tren pemilu ini karena mereka takut jika mereka terlalu pro aktif dalam menyuarakan pandangan politiknya, mereka bisa terkena masalah. Menurut mereka, politik Indonesia masih terkesan kaku dan tidak fleksibel dalam mengungkapkan kritik juga saran kepada pada setiap paslon. Dikutip dari BBC.com Menurut studi yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada tahun 2022 lalu, ditemukan adanya kenaikan jumlah partisipasi pemilih pada generasi muda yang naik menjadi 91,3% dari awalnya 85,9% pada tahun 2014. Namun Ketika mereka ditanya apa pandangan mereka terhadap minat politik pada pemilu politik, mereka menyatakan hanya 1,1% minatnya terhadap politik. Banyak pemuda yang masih ragu terhadap keadaan politik bangsa ini. Pada survei yang dilakukan oleh UMN Consulting menemukan bahwa gen Z hanya menggunakan 48,25% hak pilih mereka pada tahun 2019, sementara itu 4,86% lainnya memutuskan untuk tidak memilih (golput) dan 46,88% belum memiliki hak pilih pada tahun itu.

Bagaimana pemuda bisa melakukan perubahan?

Dengan adanya kesempatan emas dalam pemilu ini, para pemuda bisa membuat perubahan dengan cara memilih paslon terbaik bagi bangsa, entah itu pilihan sesuai hati nurani atas dasar suka ataupun sesuai data dan fakta yang telah dikumpulkan. Karena mengapa? Pemuda menjadi mayoritas pemilih yang sangat berpengaruh dengan siapa yang akan terpilih nantinya yang akan memimpin bangsa ini. Walaupun banyak isu -- isu miring terkait masing -- masing paslon akan tetapi sebagai pemuda yang cerdas harus bisa mengumpulkan fakta yang benar tentang masing -- masing paslon. Dengan kekuatan mayoritas yang begitu besar ini diharapkan mampu memilih dan menentukan paslon presiden dan wakil presiden yang terbaik demi memajukan bangsa ini selama 5 tahun ke depan. Tak hanya itu, generasi pemuda juga harus berjuang di bidangnya masing -- masing supaya bisa ikut berkontribusi dalam perubahan menuju Indonesia emas tahun 2045.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline