Lihat ke Halaman Asli

Dhanang Pradipta

Mahasiswa Ilmu Sejarah

Nyombala, Tradisi Turun Menurun Masyarakat Selayar

Diperbarui: 3 Juni 2020   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi nelayan. (Foto: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang berarti sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lautan. Sejarah telah menuliskan banyak sekali cerita yang berhubungan dengan laut dan dunia maritim. Kepulauan Nusantara pun tidak luput dari sejarah itu. 

Letaknya yang strategis juga menyebabkan Kepulauan Nusantara ramai akan perdagangan, sehingga Kepulauan Nusantara yang diapit oleh dua samudera dan dua benua menjadikan lokasi terebut strategis. 

Hal tersebut menyebabkan kepulauan Nusantara terkenal dengan jalur perdagangannya sejak dahulu. Pelabuhan-pelabuhan di Nusantara banyak disinggahi oleh pedagang baik lokal maupun asing. Setiap pedagang menjajakan komoditi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasar saat itu.

Karena Indonesia merupakan negara berbentuk kepulauan, maka banyak pula berbagai kebudayaan yang tercipta dari masing masing daerah. 

Kehebatan penduduk Selayar dalam mengarungi luasnya lautan dapat kita lihat dalam berbagai catatan sejarah yang ditulis bersamaan dengan ramainya pelabuahan Makassar sebagai bandar transit pada abad ke-19. 

Dalam catatan sejarah tersebut sekurang–kurangnya dapat memberikan sebuah gambaran mengenai satu sisi kepandaian penduduk Selayar dalam mengarungi lautan, meskipun di sisi lain mental agraris masih melekat kepada penduduk secara umum.

Sedangkan Nyombala itu sendiri merupakan sebuah istilah dari warga setempat dari daerah Sulawesi Selatan yang bersadal dari kata "Sombala" yang memiliki arti Layar. 

Orang-orang yang berprofesi sebagai pelaut sering kali disebut sebagai pasombala dan bagi mereka yang melakukan pelayaran disebut dengan nyombala.

Bagi orang-orang yang melakukan perjalanan melalui laut untuk mencapai satu daerah ke daerah lain disebut sebagai nyombala. Pasombala sendiri biasanya digunakan untuk menyebut nama para nahkoda dan awak kapal (aktor)

Dapat dikatakan tradisi nyombala sudah berkembang sejak lama meskipun tidak diketahui secara pasti dan siapa dalang dibalik tradisi ini. Istilah ini juga masih sering terdengar sampai sekarang saat para orang tua memanggil anak mereka yang sedang pergi ke Makassar. 

Perahu Tradisional Masyarakat Selayar. (ayokeselayar.com)

Para pedagang yang keluar masuk dari Selayar ke Makassar juga dapat dikategorikan sebagai pasombala atau tau nyombala. Tetapi,  bagi para nelayan yang melakukan perjalanan laut untuk mencari ikan tidak bisa dikaegorikan sebagai pasombala. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline