Lihat ke Halaman Asli

Dewi Lestari

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Belajarku, Bahagia Orangtuaku

Diperbarui: 2 Oktober 2020   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://bobo.grid.id/

“pemandangan paling indah di bawah bentangan langit berbintang  adalah ketika melihat ibu dan ayah bahagia”

Sebenarnya apa itu belajar? Mengapa kita harus belajar?
Seorang sahabat Rasulullah SAW yaitu Umar Bin al-Khathab pernah berkata “didiklah anak-anakmu dengan pengajaran yang baik kaerna ia diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.”

Hadits tersebut memang benar. Anak merupakan generasi penerus yang kelak akan menggantikan posisi kepemimpinan masa kini.
Dalam hal tersebut belajar sangat diperlukan dalam menciptakan generasi penerus yang memiliki jiwa kepemimpinan yang unggul dan dapat membawa perubahan bangsa ke arah yang lebih baik.

Saat itu saya sedang berada di dalam rumah, mendengar obrolan anak dengan ibunya yang rumahnya bersebelahan dengan saya, dimana saya mendengar percakapan mereka.

“nak waktunya belajar…”
“yaaah…aku lelah bu…mesti belajar terus”

Sering sekali mendengar anak mengeluhkan tentang belajar, entah mereka bosan atau lelah itu bagaimana orangtua menanggapi dan menemukan cara terbaik dalam pembelajaran.

Dalam hal ini sampaikan kepada anak
“nak kalau kamu belajar ibu bahagia lhooo”
“dengan kamu belajar ibu juga semakin bangga denganmu nak..”

Ucapan-ucapan maupun tutur kata seorang ibu yang mampu perlahan meluluhkan hati anak. Tetapi, ada pula seorang anak yang belum menerima tutur kata tersebut. Yang terpenting ialah orangtua tetap sabar. Bahwa proses dalam mendidik anak itu harus pelan-pelan, dan kunci utama tetaplah kesabaran. Namun ada pula yang begitu semangat belajar. Tanpa menunggu perintah maupun ajakan.

Mendidik anak untuk menjadi apa yang orangtua inginkan itu tidak mudah. Sebab jika salah mendidik anak bisa menyebabkan bahaya permanen. Misalnya, fitrah anak yang belum sekolah itu selalu bertanya, bertanya dan harus ada jawabannya. Jika tidak pastilah anak akan selalu bertanya hingga jawabannya mampu diterima oleh akal pikiran anak. Maka apabila dipatahkan pertanyaannya dia akan menjadi pendiam. Begitu juga dengan anak-anak berbuat sesuatu, meskipun salah jangan disalahkan. Tetapi berilah ia petunjuk.

Pertimbangannya, anak-anak yang disalahkan begitu ketika melakukan kesalahan anak-anak itu akan menjadi takut dan pendiam. Pada gilirannya nanti anak tersebut menjadi tidak berani mengambil resiko, kondisi ini akan dibawa anak sampai dewasa ketika mengambil sikap terhadap suatu persoalan dalam hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline