Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Masalah Industri Perfilman 70an yang Terus Berulang hingga Kini

Diperbarui: 11 Juni 2021   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Pengantin Remaja dulu sangat populer dan membuat industri film 70an bergairah (sumber: MUBI)

Ketika membaca beberapa buku yang membahas tentang industri perfilman nasional tahun 70an dan awal 80an, aku merasa tidak asing dengan semua isu pada masa tersebut. Masalah yang dialami insan perfilman itu entah apakah karena terlalu umum atau belum ada solusinya, maka terus berulang. Hingga kini.

Dari artikel-artikel perfilman nasional yang dikurasi dan dikumpulkan oleh Tempo menjadi beberapa buku, aku pun menarik kesimpulan masalah-masalah yang dihadapi industri perfilman pada tahun 70an hingga awal tahun 80an.

Permasalahan tersebut di antaranya jumlah skenario berkualitas yang terbatas, produser yang lebih sering mementingkan keuntungan, kru film yang itu-itu saja, film nasional yang belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri, meniru atau inspirasi dari film manca, kasus pembajakan, kekuatiran terhadap ancaman media baru, minat masyarakat dan produser film yang kurang terhadap film berbasis sejarah, serta yang terakhir film horor yang merajalela.

Coba teman-teman baca simpulan isu perfilman nasional tahun 70an tersebut, tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini kan?!

Naskah Skenario Berkualitas yang Terbatas dan Peluang Bagi K'ers Menjadi Penulis Skenario Film
Masalah naskah film yang berbobot sudah menjadi masalah menahun. Aktris dan aktornya sudah dipilih yang performanya bagus, namun naskahnya kurang solid dan logis. Alhasil sebagus apapun performa pemainnya, mereka akan kesulitan menyelamatkan cerita.

Masih ingat dengan film "Firegate" yang dibintangi Reza Rahadian atau film yang baru-baru ini tayang, "Tarian Lengger Maut"? yang diperankan Della Dartyan. Mereka adalah pemain film yang bertalenta, namun sayangnya naskahnya lemah di sepertiga film terakhir. Yang terjadi penonton pun kecewa.

Film Firegate (Legacy Pictures)

Dua film tersebut naskahnya masih terbilang lumayan, lemahnya terutama di bagian akhir dan beberapa plothole. Ada banyak lagi film-film nasional yang ceritanya kacau-balau hingga membuat waktu terasa terbuang sia-sia ketika menontonnya.

Karena jumlah naskah skenario berkualitas yang masih terbatas, maka para produser pun tak sedikit yang memilih cara untuk mengadaptasi novel-novel populer. Yang sukses di antaranya trilogi Dilan dan trilogi Laskar Pelangi.

Di Hollywood cara seperti ini juga lazim dilalukan. Apabila ada novel laris sekian ekslempar, maka produser pun kemudian mendekati penulisnya agar diijinkan mengadaptasinya. Jika kita lihat film-film keren seperti "Nomadland", "Little Women, dan "The Fault in Our Stars" juga diadopsi dari novel-novel populer.

Namun mengadopsi novel itu sebenarnya tidak mudah. Tidak serta-merta memboyong semua elemennya ke layar lebar. Kasus yang gagal salah satunya adalah "Supernova". Digadang-gadang jadi film yang sukses karena novelnya yang hits pada awal 2000an, film ini kacau-balau, terutama berkat dialognya dan pemeran Diva yang kaku. Dialognya jadi aneh ketika ditampilkan di layar lebar. Tidak natural.

Kurangnya naskah skenario berbobot di industri film nasional ini merupakan kesempatan bagi para penulis di Kompasiana. Siapa tahu dari naskah teman-teman yang rajin diunggah di Fiksiana, lalu dilirik untuk dibuat versi filmnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline