Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Masjid Masa Kecil yang Selalu di Hati

Diperbarui: 30 April 2021   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Agung Jami' di Malang tidak begitu ramai saat pandemi (dokpri)

Masjid itu masih berdiri anggun hingga saat ini. Usianya telah jauh melampau usiaku. Aku menjadi salah satu saksinya perubahan-perubahan yang terjadi di masjid itu, sejak ia hanya berlantai satu hingga kini berubah cukup megah.

Masjid itu memang tak seakrab dulu, ketika aku rajin belajar mengaji di sana. Masih kuingat teman-teman yang nakal berlarian ke sana ke sini setelah dapat giliran mengaji, lalu dimarahi petugas masjid.

Aku juga masih ingat ketika kami berkumpul di masjid ini, lalu berkeliling bersama adik-adik melakukan takbir keliling. Atau ketika kami mengadakan bazaar Ramadan lalu hujan deras mengguyur tak henti.

Aku tumbuh dan besar bersama masjid tersebut, sejak aku membuntuti nenekku ke masjid, ketika tangga loteng masjid masih berupa semen dan ditutupi terpal, dan ketika beberapa bulan silam menjadi tempat penghormatan ayah sebelum dimakamkan. Masjid itu memberiku banyak pengalaman dan cerita.

Masjid Al-Mukhlisin, namanya.

Masjid Al-Mukhlisin ada di pinggir jalan yang padat kendaraan (sumber gambar: maps123.net)

Sejak aku kuliah di kota berbeda, memang aku tak lagi akrab dengan masjid tersebut. Posisinya digantikan masjid-masjid yang ada di kampus dan di dekat kosan. Ia kemudian lebih banyak tercatat di memoriku sebagai masjid tempatku mengikuti sholat Id.

Entah kenapa, sejak kecil aku suka mengikuti sholat Id di sana. Ketika kami pernah mengikuti sholat Id di masjid lain, rasanya tak sama, serasa kurang lengkap. Begitu pula ketika aku tak mudik ke Malang, mengikuti sholat Id di Jakarta atau di Subang, rasanya berbeda, dari sejak takbiran hingga kebiasaan jamaahnya bersalaman selepas ceramah dan doa.

Setiap masjid rupanya mampu memberikan atmosfer dan cerita tersendiri yang berkesan bagi pengunjungnya.

Di Malang, tiga masjid besar lainnya yang berkesan bagiku adalah Masjid An-Nur, Masjid Agung Jami', dan Masjid Sabililah.

Masjid An-Nur berkesan karena aku pernah belajar mengaji dan kaligrafi di sini. Ia agak jauh dari rumah dan jadwal mengajinya sejak pukul 14.30, sehingga aku tak bisa bobok siang dulu bila mengaji ke sini. Tapi aku masih ingat tempat mengaji kami di lantai dua, betapa senangnya kami mengikuti pelajaran kaligrafi. Sepulang mengaji aku sesekali bisa jajan es krim rasa buah yang disantap di rumah sembunyi-sembunyi, takut dimintai.

Masjid Agung Jami' merupakan masjid tua yang masuk di kawasan alun-alun kota Malang. Ia dibangun pada sekitar tahun 1890. Sebelum era pandemi, masjid ini selalu ramai oleh wisatawan dari berbagai kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline