Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Cerita Fabel | Ketika Nero Bolos Kerja di Kucingtopia

Diperbarui: 8 Januari 2021   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Mungil adalah model kucing (dokpri)

Ini adalah cerita fabel. Si Mungil sudah dandan cantik. Ia mandi pagi-pagi dengan sampo kucing dan kemudian menyemprotkan parfum kucing dengan aroma bunga dahlia. Sekitar jam 9 pagi ia akan menjalani pemotretan. Si Kidut juga sudah siap. Ia adalah kucing sirkus yang lincah. Tapi ke mana Nero?

Si Mungil dalam seminggu hanya bekerja sekitar 2-3 kali. Karena wajah dan penampilannya yang cantik maka ia laris sebagai model kucing. Ia juga sudah dua kali tampil sebagai bintang film. Posternya pun laku keras. Kadang-kadang jika ia tak malas, ia pun menandatangani poster tersebut dengan jari depannya.

Sementara si Kidut tergolong masih pekerja pemula. Ia kucing yang tangkas dan lincah. Berkat keahliannya, ia pun diterima jadi anggota pertunjukan sirkus. Ia pandai memanjat dan bermain lompat tali. Sehari ia biasanya bekerja hanya 1-2 jam. Sabtu dan Minggu ia libur bekerja.

Mereka bertiga bekerja di Kucingtopia, sebuah kota kecil yang warga manusianya hidup harmonis dengan para kucing. Di kota ini kucing dianggap setara dengan manusia. Mereka punya pekerjaan dan dibayar. Sebelum lolos bekerja di sini mereka harus mengikutu training ketat terlebih dahulu.

Eh omong-omong ke mana Nero?

Si Mungil gelisah. Ia ingin cepat tiba ke tujuan. Ia kucing yang tak suka terlambat dan lebih suka datang lebih awal. Jika datang awal, maka aku bisa memperbaiki make up ku dulu, ujarnya dalam hati.

Tapi si Nero tak juga muncul di ruang sarapan. Si kucing besar, manusia yang hidup bersama mereka, sudah berangkat bekerja. Ia memberi mereka sarapan roti isi tuna dan ada tiga wadah bekal buat mereka bertiga.

Biasanya Nero yang mengemudikan gerobak motor. Ia juga bekerja di Kucingtopia setiap hari, sama seperti Kidut. Ia dulu kucing yang sulit diatur sehingga hanya dapat pekerjaan ringan-ringan. Ia menjadi penyambut tamu pasien anak-anak dan kakek nenek di rumah sakit. Jam kerjanya sama seperti Kidut, hanya berkisar 1-2 jam.

"Kidut, kak Nero kenapa ya? Kok belum muncul jam sarapan begini. Biasanya dia habis tiga porsi?" Diam-diam si Mungil merasa cemas.

Si Kidut menggeleng. Ia juga tak tahu kenapa Nero tak kunjung datang. Si Nero suka menjailinya karena ia paling bontot.

Ini Kidut (dokpri)

Si Mungil lalu mengajak si Kidut untuk menengok Nero di kamarnya. Kucing oren itu rupanya masih ada, tiduran di kasurnya. Ia tak nampak berkemas untuk berangkat kerja.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline