Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"Sarmin", Cerita tentang Jamu dan Persahabatan

Diperbarui: 16 September 2020   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "Sarmin" bercerita tentang jamu dan persahabatan (sumber: TVRI/Kemdikbud)

"Jamu itu melambangkan kehidupan.
Ada panas, ada dingin, ada manis, ada pahit." - Ayah si Sarmin

Jamu telah ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya tak benda oleh Kemdibud. Salah satu cara memberikan sosialisasi pentingnya jamu ke masyarakat, khususnya generasi muda, yaitu melalui film. "Sarmin" adalah film tentang persahabatan dengan jamu sebagai pengikat cerita.

Dikisahkan Sarmin adalah anak desa dari keluarga sederhana. Ibunya bakul jamu dan ayahnya buruh tani. Sarmin kadang-kadang iri ke Cipto, temannya, yang lebih berkecukupan. Ia ingin punya tas seperti Cipto. Ayahnya menyanggupinya, asal Sarmin rajin belajar dan suatu ketika bisa membuat jamu seperti ibunya.

Malang nasibnya. Ayahnya meninggal ketika hendak membelikannya tas.

Sarmin pun kemudian bekerja apa saja agar bisa tetap sekolah sambil membantu ibunya membuat jamu. Harapannya untuk lanjut sekolah hampir saja pupus.

Cerita Tentang Jamu dan Nasib Mujur
Memang ada beberapa bagian dalam cerita "Sarmin" ini yang membuat terharu dan salut. Perjuangan Sarmin untuk tetap bisa sekolah membuat trenyuh. Ia harus cerdik membagi waktu, merawat kambing pamannya, bersekolah, dan membantu ibu. Tapi ceritanya tak sedih melulu, Sarmin malah bisa disebut bernasib mujur.

Ya Sarmin dalam cerita ini seorang yang mujur. Ia punya sahabat, Tanti, yang baik padanya. Ia juga punya teman lainnya, Cipto dan Wakijan meskipun kadang-kadang keduanya membuatnya kesal.

Kisah Sarmin ini nyaris terlalu sempurna, sehingga mungkin agak sulit dijumpai di kehidupan nyata. Dewi Fortuna tetap menyertai sosok Sarmin, sehingga setapak demi setapak tergapai cita-citanya.

Cerita yang hampir sempurna ini memang bisa jadi mengurangi bobot cerita. Tapi memang cerita ini ditujukan untuk memberikan inspirasi dan edukasi kepada anak-anak, tentang perjuangan menggapai cita-cita dan kasih dalam persahabatan sehingga masih bisa dianggap sebagai kewajaran.

Dari segi cerita, kisah tokoh utama rasanya terlalu mulus meski ada episode kehilangan sosok bapak. Unsur persahabatan dan perjuangan menggapai cita-cita ini lebih kuat daripada unsur jamunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline