Lihat ke Halaman Asli

Desny Zacharias Rahardjo

Co-Founder of Membangun Positivity

Berbuat Baik Itu Ternyata Pamrih

Diperbarui: 22 September 2021   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: canva.com 

Berbuat baik itu ternyata pamrih. Selfish, bukan selfless. Lho?

Kita bertumbuh besar dengan ajaran untuk berbuat baik terhadap sesama, karena Tuhan senang itu. Berbuat baik itu upahnya nanti di surga.

Tapi ternyata kita tidak perlu menunggu sampai di surga untuk menerima upah dari berbuat baik. Kita dapat koq rewardnya, hampir instan malah.

Ternyata, berbuat baik itu juga mendatangkan banyak manfaat untuk kita. Dari meningkatkan mood hingga menurunkan stres, kekuatan berbuat kebajikan sudah terbukti. 

Bahkan, riset menunjukkan manfaat berbuat baik itu ternyata lebih besar bagi si pemberi daripada si penerima.

Ada yang namanya ripple effect, efek riak dari berbuat baik. Cinta yang dibagikan ketika melakukan kebaikan tidak hanya dirasakan oleh si penerima, tapi juga si pemberi.

Dalam satu study, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diminta melakukan tindakan kebaikan sederhana seperti membukakan pintu untuk orang asing selama satu bulan. 

Kelompok yang lain diminta untuk melakukan Tindakan baik untuk diri mereka sendiri, seperti membeli barang yang mereka sukai.

Hasilnya, mereka yang telah melakukan tindakan baik untuk orang lain memiliki tingkat perkembangan psikologis yang lebih positif dibandingkan dengan mereka yang berperilaku baik terhadap diri mereka sendiri. 

Melakukan kebaikan membawa mereka pada tingkatan positive emotions yang lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline