Lihat ke Halaman Asli

Dewi RetnoPalupi

Mahasiswa SWCU

Tradisi Penyambutan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah

Diperbarui: 1 Juni 2019   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wago

Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah mendapat sambutan hangat dari warga masyarakat Desa Rowoboni Banyubiru, Semarang. Dimulai dengan menggelar tradisi adat yang bernama "Idunan" yang berarti "turunan" pada 30 Mei 2019 lalu, tujuan acara ini untuk mendoakan para leluhur yang telah mendahului kita dan wujud rasa syukur menyambut datangnya Hari Kemenangan umat Muslim. Setiap kepala rumah tangga wajib datang untuk membawa syarat berupa makanan tradisional yang berisi ketan dan apem pasung.

Tidak hanya itu, Desa tersebut juga memeriahkan pesta penyambutan Hari Raya Idul Fitri dengan menggelar acara Takbir Keliling yang di ikuti oleh anak-anak kecil yang berkeliling mengelilingi Desa dengan membawa obor. Acara tersebut diselenggarakan oleh gabungan anak Karang Taruna disetiap Dusunnya yang sudah menjadi suatu kegiatan rutin setiap tahunnya. Tentunya sebelum melakukan hal ini kita harus menunggu adanya keputusan sidang isbat dan pengumuman penetapan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah yang akan dilaksanakan pada hari Senin (3/6/2019) mendatang.

Selain itu masyarakat Desa Rowoboni juga mempunyai tradisi unik masing-masing yang biasa dilakukan menjelang Hari Raya, seperti membuat kue/makanan khas asal daerah masing-masing, menu utama opor ketupat, sampai tradisi membeli baju baru setiap Hari Raya. Tidak lupa pula tradisi membeli bunga hias warna-warni di Pasar Kembang.

Pasar Kembang biasanya diselenggarakan disetiap pasar-pasar pada H-2 sampai H-1 menjelang Lebaran, dimana masyarakat banyak menjual dan membeli mermacam-macam kebutuhan untuk keperluan selama Hari Raya. Dengan menyediakan berbagai macam jenis hal contohnya seperti ayam, itik, daging, bumbu dapur, tidak lupa bunga dan lain sebagainya.

Di Hari Raya setelah shalat IED, kepala keluarga berkumpul untuk melakukan doa bersama sebagai wujud rasa syukur di Hari Raya dengan membawa ketupat dan opor kemudian dimakan bersama-sama. 

Setelahnya, masyarakat biasa berkeliling mengunjungi kerabat sanak saudara serta sesepuh warga Desa untuk bersilaturahmi dan melakukan sungkeman sebagai wujud permohonan maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline