Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Indahnya Kebersamaan dalam Perayaan 44 Tahun YAROT Eben Haezer

Diperbarui: 20 September 2020   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Yayasan Rumah Orang Tua Tuna Netra (YAROT) Eben Haezer, Lembang, Bandung berusia 44 tahun pada 31 Mei 2019 yang lalu. Saya mendapat kesempatan untuk menghadiri acara ulang tahun tersebut yang dibuat secara sederhana dan khusus  untuk orang-orang terdekat saja. Ini menjadi kehormatan luar biasa bagi saya. Mengingat tidak mudah dan tidak bisa asal saja untuk berkunjung ke sini.

Yayasan ini didirikan oleh Stephanus Satyadi 31 Mei 1975 silam. Ia adalah seorang Direktur Motor Maatschappij yang lahir di Palembang, 2 Agustus 1928. Menjadi tunanetra pada usia 39/40 tahun.

Meski demikian ia ingin menjadi berkat bagi sesama manusia terutama bagi mereka yang cacat netra. Dengan misi membantu, menampung, menyantuni dan merawat lansia tunanetra agar dapat menikmati hidup yang layak.

Stephanus Satyadi | dokpri

Dalam rangka memperingati 44 tahun YAROT Eben Haezer para pengurus membuat acara ulang tahun secara sederhana. Acara ini dihadiri oleh para pengurus dan para Oma opa tunanetra penghuni rumah tersebut. Ibu Yuheni membuka acara dengan mengajak semua yang terkait untuk menyanyikan lagu puji-pujian.  Oma opa tunanetra menyanyikan lagu-lagu pujian dengan penuh semangat.

Ibu Yuheni membuka acara sekaligus sebagai MC | dokpri

Usai menyanyikan beberapa lagu pujian dan beberapa ceremony lainnya. Acara dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun yang didahului dengan pembacaan doa. Para pengurus berdiri di depan mengelilingi kue ulang tahun.

Para pengurus Yarot Eben Haezer | dokpri

Potongan kue pertama diberikan kepada Stella Satyadi yang kami panggil dengan sebutan Oma. Beliau selaku pembina yayasan yang juga istri dari Stephanus Satyadi. Oma Stella yang usianya hampir 80 tahun ini sangat ceria, lincah dan penuh semangat. Ketika pemberian potongan kue pertama kami semua dibuat tertawa. Padahal suasana saat itu sedang khidmat.

"Kok kuenya kecil? Ini kurang untuk saya sih," ujar Oma sambil tertawa. 

Membuat suasana yang awalnya serius menjadi cair dan santai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline