Lihat ke Halaman Asli

Deden Firdaus

pecinta kearifan

Cinta dan Perkawinan dalam Tradisi Kearifan

Diperbarui: 12 Maret 2018   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta dan Perkawinan Dalam Tradisi Kearifan

Deden Firdaus*)

...Kebahagiaan adalah saat kita duduk bersama/ Dua sosok/dua wajah menyatu/kau dan aku/Bunga bunga kan bermekaran dan burung-burung kan menembangkan kidungnya/ketika kita memasuki taman/kau dan aku/ Bintang-bintang kan muncul di langit tuk menjadi saksi/kan kita terangi mereka dengan cahaya purnama/kau dan aku...(Rumi)

Kesuksesan film ayat-ayat cinta 2 ternyata menyusul film ayat ayat cinta 1 yang fenomenal. Film besutan sutradara Guntur Suharjanto dan diambil dari versi novel karya kang abik (Habiburahman el-Shirazi) ternyata mampu menyihir ribuan bahkan mungkin jutaan penonton di tanah air yang didominasi oleh kalangan anak muda zaman now. Sebagai tontonan film ini layak juga dijadikan tuntunan dikarenakan isi film ini yang memberikan pesan universal akan cinta dan pengorbanan serta bagaimana menghadirkan islam yang ramah dan rahmatan lil alamin dalam kehidupan Barat yang hedon dan multikultur.

Perkawinan dan cinta tentu dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Cinta adalah fondasi sebuah perkawinan. Tanpa adanya cinta dan rasa suka satu sama lain yang terjadi adalah perkawinan semu atau perkawinan dengan paksaan. 

Cinta dan perkawinan ibarat dua mata uang yang tak dapat dipisahkan. Diskursus tentang cinta tetap menarik untuk dikaji karena terkait dengan fenomena dan gejala psikologi, emosi dan jiwa manusia yang tak akan berhenti selama kehidupan ada. Cinta adalah perasaan paling misterius yang dimiliki manusia sejak ia hadir di muka bumi. Kajian tentang cinta menjadi tema menarik bidang filsafat dan psikologi sejak era klasik hingga modern.

Dalam karyanya Symposium, Plato meramu suatu konsep ideal tentang cinta melalui pembicaraan beberapa tokoh filsuf yunani saat itu yaitu Phaedrus, Pausianias, Eryximachus, Aristophanes, Aghaton,dan Socrates. Phaedrus menjelaskan bahwa alam pada awalnya adalah kekacauan (chaos) kemudian cinta terlahir dan terbentuklah keteraturan. 

Cinta adalah energi yang memungkinkan segala interaksi dan relasi sempurna di alam semesta ini. Pausaniaslebih lanjut lagi memaparkan bagaimana cinta dapat dimengerti melalui dua perspektif, common aphrodite dan heavenly aphrodit. Common Aphrodite adalah cinta yang erotis dan vulgar, pemuasan tubuh serta kepemilikan menjadi tujuan utamanya. Sementara itu heavenly aphrodite mengejar wujud cinta yang berbeda, Cinta ini lahir dari penyatuan dua hati, tanpa adanya dorongan nafsu jasmani.

Aristophanes mengungkapkan cinta dengan konsep 'belahan jiwa'. Pencarian terhadap cinta sejati adalah pencarian terhadap belahan jiwa tersebut. Bagi Agathon cinta adalah serum yang dibutuhkan dalam dunia yang penuh dengan kekerasan. 

Cinta melembutkan jiwa manusia, ia membuat manusia menjadi beradab. Eric Fromm seorang psikolog terkenal mengatakan bahwa cinta adalah satu-satunya obat mujarab bagi problem manusia modern yaitu alienasi (keterasingan). Namun ia mengatakan jangan terjebak dengan cinta semu (pseudo cinta) yaitu cinta yang dipenuhi sentimental dan fantasi imaginal.

Dalam pandangan Mulla Sadra seorang Filsuf Persia abad 13 konsep cinta (al-'Isyq) ia paparkan dengan begitu menarik dalam mastrerpiece karyanya al-Hikmat al-Muta'aliyya fi-al-Asfar al-'Aqliyyat al-'Arba'a(kebijaksanaan tertinggi dalam empat tahapan perjalanan intelek).Ia menjelaskan bahwa eksistensi cinta bersamaan dengan eksistensi realitas (wujud).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline