Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Pengetahuan Defisiensi Besi pada Remaja di Desa Sawahan oleh Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Diperbarui: 6 September 2022   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Foto bersama Remaja di Desa Sawahan. Dokpri

Anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi pada seseorang dikenal dengan defisisensi besi, hal ini dapat membuat terbentuknya sel darah merah serta fungsi-fungsi organ lain di tubuh akan teganggu. 

Penyebab dari defisiensi besi ini dikarenakan besi yang dibutuhkan dalam proses sintesis hemoglobin kurang. Anemia merupakan kondisi saat eritrosit atau sel darah merah yang memiliki fungsi sebagai pembawa oksigen mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. 

Kebutuhan fisiologis tersebut bervariasi pada setiap orang yang bergantung dari usia, jenis kelaminnya, kebiasaan merokok serta kehamilan (Nurbadriyah et al., 2020).

Derajat anemia dapat diketahui dari kadar hemoglobin (Hb). Anemia ringan memiliki kadar Hb sebesar 10-14 g/dL yang biasanya tidak menunjukkan gejala apapun, anemia sedang memiliki kadar Hb 6-10 g/dL dapat menunjukkan dipsnea, palpitasi, diaphoresis saat aktivitas serta kelemahan kronis. 

Selain itu terdapat pula anemia berat dnegan kadar Hb dibawah 6 g/dl dapat terjadi dnegan tidak ada gejala dikarenakan akan berkembang secara bertahap dan dapat juga menunjukkan manifestasi klinis yang signifikan di berbagai organ tubuh (Nurbadriyah et al., 2020)

Kurang lebih 30% orang-orang di dunia mengalami anemia, dan penderita anemia defisiensi besi setengah bahkan lebih dari persentase tersebut. Di Indonesia saat ini, masalah terkait dengan anemia defisiensi besi atau dikenal juga dengan ADB merupakan salah salah satu yang menjadi permasalahan gizi utama selain kurangnya kalori-protein, Vitamin A serta yodium. 

Berdasarkan survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2012, persentase anemia pada balita sebanyak 40,5%, ibu hamil sebanyak 50,5%, ibu nifas sebanyak 45,1%, remaja putri (10-18 tahun) sebanyak 57,1% dan remaja putri (19-45 tahun) sebanyak 39,5% (Silalahi et al., 2016).

Asupan besi yang tidak tercukupi pada remaja dapat dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan remaja terkait makanan sumber zat besi serta perannya untuk remaja (Silalahi et al., 2016). Sehingga, dilakukannya pemberian informasi ini untuk menambah pengetahuan remaja di desa Sawahan dalam hal anemia defisiensi besi (ADB). 

Informasi diberikan pula pada remaja putra diakrenakan kurangnya remaja putri pada desa Sawahan serta agar terhindar dari tejradinya anemia pada remaja putra dan putri.

Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline