Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Serumpun Cinta di Belakang Rumah

Diperbarui: 3 Desember 2021   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumpun bambu. Foto: Dok. Pribadi

Kicau burung memang masih ada, meskipun tak seramai dulu. Rumpun-rumpun bambu tempat mereka bermain memang masih tersisa, meskipun nasib mereka bukan lagi yang harus diutamakan.

Nyatanya, manusia perlahan-lahan menyingkirkan mereka: rumpun-rumpun bambu di belakang rumah; yang bertahun-tahun lamanya beranak-pianak; yang bertahun-tahun lamanya merawat cinta. Bersama doa-doa yang disajikan sajak sang angin. Bersama pepujian yang dihantarkan senandung sang waktu.

Kita ini seringkali mengabaikan suara-suara lirih: yang dihantarkan dinding-dinding bambu; yang disampaikan melalui daun-daun jatuh memastikan takdir; yang disajikan dalam diorama debu di atas genting-genting tua.  

Suara-suara lirih itu bertutur cerita sederhana tentang cinta yang terus tumbuh melampaui segala kerakusan. Rebung-rebung terus bergembira meskipun harus berbagi kenikmatan. Batang-batang terus merindu untuk saling mendekat dalam irama, meskipun mereka harus rela menepati hukum kehidupan, ketika keperluan manusia tak bisa lagi ditawar; ketika bendera-bendera perlu dikibarkan untuk Republik ini.

Rumpun-rumpun bambu itu masih saja menghaturkan cinta, ketika orang-orang rakus menghabisi pohon-pohon di belantara, ketika penguasa menikmati penghancuran demi penghancuran atas nama pembangunan dan kesejahteraan.

Cinta rumpun bambu adalah cinta yang terus menghidupi manusia. Sampai manusia memutuskan untuk menghentikannya atas nama kebutuhan dan kebahagiaan.

Dan, ketika itu terjadi, kita hanya bisa bertutur tentang sebuah masa, ketika burung berkicau di belakang rumah dengan gembira. Kita hanya bisa mengenang pernah mendengar gesekan-gesekan daun bambu yang menghaturkan suara merdu.

Semboro, Desember 2020





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline