Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Menanggapi Kejadian Aguero dan Sian Massey-Ellis

Diperbarui: 20 Oktober 2020   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi Aguero terhadap Sian Massey-Ellis. Gambar: Getty Images/Michael Regan via Theguardian.com

Jagat sepak bola Inggris sedang dihebohkan dengan sebuah aksi dari Sergio Aguero, penyerang Manchester City terhadap hakim garis dua, Sian Ellis-Massey. Itu terjadi pada laga antara Manchester City vs Arsenal yang berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan tuan rumah.

Pada laga itu, Aguero berhasil comeback setelah beberapa absen. Namun, dia tidak menandai laga pertamanya di musim 2020/21 dengan gol, melainkan sebuah aksi protes terhadap keputusan hakim garis yang tidak memberikan lemparan ke dalam untuk timnya.

Bagai asap yang tidak akan muncul jika tidak ada api, maka aksi protes itu juga pasti tidak akan muncul jika Aguero tidak merasa dirugikan. Namun, di sisi lain gerakan tangan ke pundak si hakim garis tersebut sangat tidak perlu.

Baca juga: Dalam Kacamata Seksisme (Gilang Dejan)

Saya yakin, Aguero tidak akan melakukannya jika si hakim garis bukan Sian Massey. Bukan berarti saya mengambil sudut pandang seksisme, tetapi itu saya duga berdasarkan postur tubuh.

Bukan pula bermaksud melakukan body shaming kepada Aguero, tetapi saya pikir Aguero tidak akan sedominan itu ketika dia bertemu dengan sosok yang bisa lebih tinggi atau lebih besar darinya. Artinya, saya berpikir bahwa ini adalah tindakan yang spontanitas, namun berdasarkan postur tubuh.

Menurut sepengetahuan saya, ketika ada seseorang yang posturnya lebih pendek dari orang lain, ia akan sedikit/banyak merasa terintimidasi. Perasaan itu biasanya muncul secara spontan, walau pada akhirnya bisa disikapi secara positif.

Jika orang tersebut berusaha melawan perasaan itu dengan berpikir positif, maka ia tidak akan insecure. Namun, tidak menutup kemungkinan akan ada yang semakin minder.

Lalu, bagaimana dengan orang yang posturnya lebih tinggi?

Tentu saja kebalikan dari orang sebelumnya. Ia akan semakin percaya diri jika lebih besar atau fisiknya lebih ideal dibanding orang lain.

Bisa saja, menurut orang tersebut, ia hanya berupaya membangun rasa percaya diri. Tetapi, bagi orang lain bisa menangkapnya dengan pemikiran berbeda. Salah satunya adalah intimidasi.

Saya pernah menemukan ungkapan perasaan dari seorang figur publik bernama Deddy Corbuzier. Tentu kita tahu, bahwa ia memiliki postur tinggi dan besar. Nyaris setiap episode di acara talkshow yang ia pandu, jarang ada bintang tamu yang posturnya sama atau lebih tinggi darinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline