Lihat ke Halaman Asli

Deassy M Destiani

Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Nasib Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Diperbarui: 29 April 2021   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

By Deassy M Destiani
(Kepala Sekolah Paud Nusa Indah Yogyakarta)

Tahun ajaran baru 2021/2022 sebentar lagi akan dimulai. Bisanya sejak bulan Januari sekolah-sekolah swasta sudah membuka pendaftaran siswa baru. Begitu juga di lembaga pendidikan anak usia dini. 

Namun faktanya banyak lembaga pendidikan anak usia dini yang gulung tikar. Pada tahun 2020 ketika awal pandemi, sejumlah lembaga Paud mengeluhkan tidak bisa membayar gaji guru. 

Memasuki tahun 2021, satu persatu lembaga Paud berjatuhan tak bisa bertahan.  Ketika guru sudah tak bisa digaji, mereka juga harus berjuang untuk mencari rejeki. Pada akhirnya idealisme tak lagi bisa dipertahankan, kalah dengan kelaparan yang menghadang.

Kenapa lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bisa bangkrut? Sebab banyak orang tua murid tak sanggup lagi membayar SPP akibat penghasilan mereka turun.

Ada pula yang kehilangan pekerjaan terkena PHK atau dirumahkan. Dampaknya mereka memilih anaknya keluar dari sekolah sehingga tidak terkena kewajiban untuk bayar SPP. Ada pula alasan lainnya yaitu merasa percuma sekolah online untuk anak usia dini yang perlu banyak gerak dan eksplorasi. 

Jika sekolahnya online wali murid keberatan karena harus mendampingi anak mengerjakan tugas dari guru. Padahal tidak semua orang tua bisa sabar mengajar anaknya. Apalagi jika mereka juga tidak punya ilmunya. Tak jarang proses belajar ini menjadi ajang kemarahan orang tua karena anaknya tidak mau duduk manis mengerjakan tugas dari guru.

Jika anak-anak usia dini itu bisa protes, mungkin mereka juga ingin tetap datang ke sekolah buat belajar daripada diajarkan orang tuanya di rumah dengan penuh amarah. Namun situasi saat ini memaksa semua anak dari Paud hingga mahasiswa untuk belajar dari rumah. 

Mungkin belajar daring atau online cukup mudah buat mahasiswa, siswa SMA, siswa SMP. Mereka sudah terbiasa dengan gawai, laptop dan teknologi informasi.  Namun bagaimana dengan anak SD dan Paud? Tingkat kesulitan terberat belajar daring tentunya ada pada anak-anak usia dini. Semakin kecil umurnya semakin sulit belajar daring.

Kesulitan ini juga dirasakan oleh para guru Paud. Terbiasa berinteraksi secara langsung sekarang harus melalui pembatas layar gawai atau laptop. Perlu keahlian khusus pula mengoperasikan aplikasi pada gawai agar menjadi sebuah pembelajaran menarik buat anak-anak usia dini. 

Nah bagaimana guru Paud akan semangat belajar teknologi baru jika anak didiknya makin lama makin berkurang, SPP makin menghilang dan gaji gurunya tak kunjung datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline