Lihat ke Halaman Asli

Daud Ginting

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Jejak Anwar Ibrahim sebagai Pemimpin Inklusif dan Moderat

Diperbarui: 26 November 2022   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anwar Ibrahim dengan nama lengkap Dato' Seri Utama Haji Anwar bin Ibrahim pemimpin oposisi kharismatik, Kamis 24 November 2022 ditunjuk langsung oleh Raja Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah sebagai Perdana Menteri Malaysia,setelah partai peserta  Pemilu Malaysia yang dilaksanakan Sabtu (19/11/2022) tidak ada yang berhasil mencapai "Simple Mayority", dan terjadi kebuntuan pembentukan koalisi yang dilakukan Anwar Ibrahim dan Muhyuddin Yassin.

Setelah melalui jalan panjang  karir politik yang berliku bagai berselancar di tengah amuk gelombang lautan Anwar Ibrahim resmi jadi Perdana Menteri ke -10 Malaysia. 

Mantan aktivis mahasiswa yang kemudian terjun ke gelanggang politik ini mengalami pasang surut mengemban jabatan di ranah politik Malaysia, pernah memiliki jabatan bagus sebagai menteri dan wakil menteri, kemudian lengser, masuk penjara, dan memilih sebagai akademisi untuk jauh dari sengitnya kompetisi politik, kemudian kembali terjun lagi masuk arena politik dan menang.

Penantian jadi Perdana menteri kini terwujud sesuai dengan apa yang beliau sampaikan ke Reuter sesaat setelah dipastikan sebagai Perdana Menteri 

 "Ini yang Anda perlu belajar dari  Anwar Ibrahim kesabaran, menunggu dalam waktu lama"

Setelah berhasil jadi Perdana Menteri sudah barang tentu banyak harapan yang terpikul di pundak Anwar Ibrahim di tengah situasi kehidupan dunia dan dalam negeri Malaysia yang sedang tidak baik-baik saja, bahkan beberapa dekade terakhir atmosfir kehidupan politik domestik yang mengalami krisis berkepanjangan.

Sebelumnya, 24 Februari 2020 Perdana Menteri Malaysia Ke-7 Mahathir Mohammad mengundurkan diri dengan alasan, tidak mendapatkan dukungan lagi dari partainya, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu). 

Selanjutnya, Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah memilih Muhyiddin Yassin sebagai Perdana Menteri setelah mengakomodasi suara mayoritas di parlemen.

Perdana Menteri Malaysia Ke-8, Muhyiddin Yassin (Senin, 16 Agustus 2021)  mengundurkan diri  dengan alasanyan kehilangan dukungan parlemen, dan timbulnya berbagai protes dari publik atas kinerja yang dianggap buruk dalam menangani pendemi Covid - 19, mata uang ringgit juga turun  dan timbulnya seruan mundur dari rakyat.

Pengangkatan Ismail Sabri Yakoob sebagai Perdana Menteri baru menggantikan Muhyiddin Yassin oleh Raja Malaysia belum juga bisa sebagai jalan terbaik menyelesaiakn krisis yang berkepanjangan. Sehinga Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob menyerukan dilaksanakan pemilihan umum dipercepat setelah berbulan-bulan terjadi pertikaian para politisi koalisi berkuasa.

Pemilihan Umum Malaysia ke 15 yang digelar pada 19 November 2022 berakhir dengan parlemen gantung, tidak ada satu pun koalisi partai mampu meraih mayoritas kursi parlemen, sehingga Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, Kamis 24 November 2022 memutuskan Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke 10 Malaysia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline