Lihat ke Halaman Asli

Bupati Tegal Contohkan Perilaku Tokoh Dwitunggal yang Anti Korupsi

Diperbarui: 9 Desember 2019   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia Tahun 2019, Bupati Tegal Umi Azizah mencontohkan perilaku riil yang dilakukan dua tokoh hebat yang memerangi perilaku korupsi yaitu Soekarno - Hatta. Meskipun dijuluki sebagai Founding Fathers yang memiliki kekuasaan yang luar biasa, karena memegang mandat rakyat sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Tak membuat, dwitunggal itu banyak harta. Bahkan menjelang akhir hayatnya, dwitunggal itu menyisakan kisah yang membuat mengharukan atau mbrebes mili.

"Suatu ketika, tatlaka Bung Karno masih di istana merdeka , terpaksa harus mengurungkan keinginannya untuk sekedar makan pisang goreng dan nasi kecap karena sama sekali tidak punya uang. Bahkan, beberapa kali bapak proklamator itu harus pinjam uang kepada ajudannya untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saking prihatinnya, di akhir tahun 1969, dia harus muter-muter mencari pinjaman untuk menikahkan putrinya," ungkap Umi saat menjadi pemimpin upacara Hari Anti Korupsi Sedunia Tahun 2019, di Halaman Belakang Kantor Setda Pemkab Tegal, Senin (9/12) pagi yang turut dihadiri Sekda Widodo Joko Mulyono, para kepala OPD dan sejumlah camat,

Begitupun dengan Bung Hatta, sampai akhir hayatnya beliau masih saja menyimpan brosur sepatu merek Bally. Karena sepanjang hidupnya Bung Hatta tidak dapat mewujudkan mimpinya untuk membeli sepatu merek Bally itu. Bahkan karena hati-hatiannya terhadap uang negara, Bung Hatta tidak menggunakan secarik kertas dari kantor untuk keperluan pribadinya.

"Dari cerita tersebut, bisa kita bayangkan betapa sejatinya laku tidak koruptif sudah dijalankan oleh Founding Fathers kita. Betapa dwitunggal itu memegang teguh ajaran leluhur sepi ing pamrih, rame ing gawe dan memayu hayuning bawono. Kita diwanti-wanti untuk bekerja keras, tapi jangan tamak, jangan mengharap imbalan lebih. Karena untuk menjaga keseimbangan kehidupan," tuturnya.

Dwitunggal itu menyadari bahwa korupsi adalah salah satu bentuk kejahatan destruktif yang tidak hanya akan menghancurkan pribadi atau keluarga, tetapi juga akan merusak tatanan masyarakat dan negara. Sebut saja, negara China yang silih berganti dinasti runtuh karena korupsi.

Begitu pula dengan Singapura, ketika belum merdeka, perilaku koruptif telah menyumbat jalannya pemerintahan. Pun dengan Jepang, Amerika, Korea dan sejumlah negara Eropa yang pernah mengalami masa kelam karena negara dikendalikan tikus-tikus pengerat uang rakyat.

Umi mengatakan di Jawa Tengah, sejak 2013 telah mencanangkan gerakan Mboten Korupsi Mboten Ngapusi. Supaya gerakan itu sesuai harapan, Umi mengajak seluruh elemen untuk melompat jauh, menempa raga dan sukma serta mental untuk turut andil menyempurnakan bangunan antikorupsi.

"Jika Indonesia saat ini berada di peringkat 89 indeks persepsi korupsi, di tangan kalian-kalian kelak peringkatnya harus melesat naik. Kejar China, Amerika, Korea, Singapura dan negara-negara maju lainnya. Karena ini bukan sekedar mimpi atau imajinasi, inilah bentuk perjuangan yang harus kita jalankan," tegas Umi. (Oka/Dasuki)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline