Lihat ke Halaman Asli

Haiku Tegalan Autobiografi Lanang Setiawan Diluncurkan

Diperbarui: 10 November 2019   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setelah menerbitkan buku kumpulan naskah drama, buku puisi dua bahasa Tegalan - Inggris bertajuk "Nglalang Jagad, Tegalan Poems Antology", kini Lanang Setiawan kembali menerbitkan buku haiku. Buku puisi berjudul "Haiku Tegalan Autobiografi Lanang Setiawan" ini diterbitkan oleh Komunitas Sastrawan Tegalan memuat 102 karya haiku Tegalan terbagi menjadi 8 bagian.

Masing-masing bagian memuat kisah dari perjalanan hidupnya. Diawali dengan sebuah "Prolog", Lanang berkisah tentang pertemuan kedua orang tuanya hingga masa kelahirannya. Pada bagian "Nenek Moyang" ia mengisahkan siapa kakek neneknya dan duka nestapa sebagai anak yatim semasa kematian ayahnya saat ia masih di bangku TK.

Pada bagian "Wayah Sekolah", ia mengisahkan semenjak duduk di bangku sekolah SD telah mengenal lawan jenis hingga duduk di bangku SMEA pun ia melakukan percinta dengan guru bahasanya. Sementara pada bagian "Sastra dan Media", Lanang mengisahkan tentang kegigihannya terhadap dunia sastra dan pengabdiaannya pada dunia kewartawannanya hingga perjuangannya mendirikan tabloid Tegal Tegal.

Pembaca kembali disuguhkan tentang percintaan dirinya secara dewasan. Hal demikian tertuang pada bagian "Kasmaran". Sementara itu pada bagian "Tegal Sumbu Pendek", kita bisa melihat bagaimana Lanang menjadi saksi sekaligus pelaku yang melawan penguasa lalim saat di kotanya di tahun 2015 terjadi aksi demo ASN melawan walikota. Sedang pada bagian "Taman Gentong",

Lanang kembali mengobarkan panji-panji sastra Tegalan ke seluruh lapisan seniman dengan mengadakan event seni serba tegalan. Sebagai penutup bukunya, yakni pada bagian "Pungkasan", ia berkisah tentang bagaimana dirinya menyuntuki sastra tegalan hingga seperempat abad."Lanang Setiawan bukan hanya seorang pelopor sastra Tegalan, tetapi juga seorang pendobrak sastra Tegalan. Sebuah keberanian artistik yang tak main-main," tulis Narudin, seorang penyair, kritikus dan penerjemah dari Subang, lulusan Sastra Inggris, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, dalam kata pengantarnya.

Sedang Muarif Esage dalam Kata Penutupnyamenuturkan, Lanang Setiawan adalah sosok yang secara personal selalu bergerak dalam pencarian kreatif. "Perjalanan hidupnya menggambarkan pengalaman manusia akan makna, tujuan, dan moralitas, serta kecintaannya pada bahasa dan sastra Tegalan. Lanang adalah spirit untuk menghidupkan esensi gerakan sastra Tegalan secara terus menerus," ujar Muarif yang sehari-harinya sebagai guru SMA Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline