Lihat ke Halaman Asli

Markus Palsu Pelajaran Bagi Media dalam Pilih Narsum♥

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus markus palsu di tv one sontak mengundang perhatian semua pihak terutama para jurnalis, karena perbuatan ini sangat kotor dan di haramkan bagi seorang wartawan.

Yang membuat saya ingin menuliskan kasus ini karena saya tidak sependapat dengan sikap tv one dalam kasus ini, yakni menuntut balik Andis (markus palsu di tv one). Padahal dengan bantahan yang disampaikan GM News n Sportnya merupakan sebuah langkah positif, karena upaya hukum ini menurut saya sama seperti ketika Susno Duadji menyatakan ada dua jendral polisi yang terlibat markus. Ketika dua jendral tersebut mendengarnya langsung melaporkan susno dengan alasan pencemaran nama baik.

Padahal apa yang disampaikan susno adalah sebuah informasi penting yang harus di apresiasi dan dibuktikan, jka memang tidak terbukti silakan melakukan upaya hukum. Dan dalam perkembangannya saat ini, salah satu jendral yang dilaporkan tersebut di copot dari jabatannya, dan kasus ini memang membuktikan adanya praktik kotor di kepolisian, sekalipun belum terbukti bersalah, namun langkah pencopotan brigjen Edmond ilyas, menunjukkan adanya keterkaitan dirinya dalam kasus ini.

Sementara mengenai Andis, dirinya “terpaksa” menyampaikan keterangan yang sebenarnya, karena dirinya sudah di tangkap, artinya bukan kemauan dirinya. Hal ini dikarenakan tv one tidak mampu melindungi identitas narasumbernya, bahkan TV one masih meragukan apakah Andis yang adalah narasumbernya dan menurut polri, tayangan tv one memang mencurigakan sehingga membuat polri ingin mengusutnya sekaligus untuk membantu polri dalam menguak praktk markus di instansinya.

Padahal jika memang tv one memang tidak mengetahui kalau Andis bukan markus sebenarnya atau juga ikut tertipu, tidak pantas tv one melakukan penuntutan terhadap narsumnya, apalagi alasan penuntutannya karena pengakuan andis bahwa dirinya bukan markus dan di minta berbicara layaknya markus oleh presenter indy rahmawati, karena Jika kasus ini tidak pernah terbongkar otomatis penampilan Andis akan sangat menguntungkan TV one.

Sebuah berita harus memenuhi kaidah jurnalistik, yakni berdasarkan fakta, berimbang, netral, tidak boleh memfitnah, menghasutapalagi menyebarkan berita bohong, karenanya sudah sepantasnya seorang jurnalis atau redaktur melakukan kroscek sebelum menayangkan sebuah berita atau menampilkan narasumber, bahkan harus melalui sebuah rapatredaksi. Apalagi dalam kasus ini yang akan di tampilkan adalah sebuah pengakuan terkait kebobrokan di sebuah instansi, tidak tanggung tanggung, kepolisian pula.

Karenanya sekali lagi, jika memang tv one tidak pernah mengetahui kalau andis adalah markus palsu, tv one tetap “bersalah” karena telah menayangkan informasi bohong dan fitnah.

Dampak dari pemberitaan yang ditimbulkan sangat besar, diantaranya pembohongan public dan semakin membuat citra institusi polri semakin hancur , karena memang persoalan markus di tubuh kepolisian sedang menjadi headline dan perhatian semua pihak.

Apakah karena sebuah kecepatan, dan rating, tv one telah lalai melakukan kroscek terhadap nara sumbernya, dan hal ini secara otomatis akan membuat hilangnya rasa kepercayaan masyarakat dan pemirsa tv one.

Padahal akan lebih elok jika tv one melakuan hak jawab, meminta maaf dan memberikan tanggapan yang gamblang terkait pengakuan andis yang disampaikan ke pihak kepolisian, misalnya dengan menceritakan kronologisnya, karena kasus ini sudah mencuat ke public, bahkan kalau perlu tv one membuat suatu laporan mendalam terkait kasus ini, karena selain untuk mengembalikan nama baiknya, juga untuk membuktikan bahwa medianya tetap netral dalam pemberitaan dan tidak ada konflik kepentingan.

Bagi Andis yang bekerja sebagai karyawan outsourcing di bidang hiburan, di jadikan tersangka oleh pihak kepolisian, sudah merupakan hukuman yang setimpal atas kebohongan yang dilakukan, tapi di serang kembali oleh media yang “membantunya” dalam menyampaikan kebohongan sungguh sangat di sayangkan.

Seharusnya kasus ini di jadikan pelajaran bagi media agar hati hati dalam memilih narasumber jika memang tv one ikut tertipu oleh Andis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline