Lihat ke Halaman Asli

Antara Kentut dan Omongan

Diperbarui: 1 Juli 2020   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah kita pernah kentut? Tentu semua manusia normal di muka bumi pasti pernah kentut, bukan? Ada saat kentut seseorang membuat sangat tidak nyaman karena baunya  yang menyengat dan membuat mual. Ada juga kentut yang baunya seirama dengan bau badan orang yang kentut.

Tetapi taukah kita bahwa ada kentut yang sangat berharga karena nyawa adalah taruhannya. Misalkan seseorang yang baru selesai  dioperasi, dokter akan sangat berpikir keras apabila orang tersebut belum kentut.

Tetapi poin yang mau dibahas di sini adalah bukan tentang bau dan berharganya kentut, tetapi bahwa kentut "tidak mempunyai isi", kecuali angin doang.

Ada banyak orang di dunia ini yang layaknya kentut. Maksudnya adalah bahwa banyak orang yang berbicara tanpa isi alias "omdo". Biasanya orang-orang demikian bisa mempengaruhi orang dengan kata-kata yang begitu meyakinkan dan memesona serta membuat orang mengangguk-anggukan kepala tetapi kemudian hasilnya nol.

Sebagai contoh, ada salah satu teman bercerita tentang para petani yang kecewa terhadap sekolompok orang yang mengadakan sosialisasi hebat tentang pengolahan tanah yang baik dan benar sehingga dapat membuahkan hasil yang berlipat kali ganda.

Singkat cerita, para petani memohon agar mereka dibuatkan sebuah kebun percontohan yang berukuran kecil dengan harapan agar para petani dapat belajar secara nyata. Tetapi apa yang terjadi? Walau mereka mengiyakan permohonan tersebut, tetapi tak pernah diresponi secara serius. Kita sudah bisa tebak hasil akhir dari sebuah sosialisasi tersebut, yakni nol/kosong.

Ada juga contoh lain,  setiap kali terjadi pemilihan calon anggota legislatif, sudah bukan rahasia lagi bahwa hampir semua calon anggota mensosialisasikan diri yang juga disertai janji-janji yang kelihatan pasti sehingga membuat masyarakat penuh harap. Tetapi setelah berhasil menduduki kursi dewan,  ada banyak janji jarang ditepati sehingga membuat masyarakat kecewa terhadap pilihan.

Selain itu, kentut dapat juga diibaratkan kepada  pemimpin agama yang "hanya bisa omong." Misalkan ahli Taurat dan orang Farisi yang seringkali dicela oleh Yesus karena lebih banyak  omong pengetahuan tentang TUHAN dan segala hukum tanpa adanya tindakan yang selaras dengan apa yang dikatakan. Mereka menuntut orang lain untuk berbuat ini dan itu tapi mereka sendiri tidak mau melakukan itu (lukas 11:46)

Nah dengan demikian, tariklah pelajaran dari apa yang kita baca tentang kentut dan omongan yang kosong. Belajarlah untuk memiliki dan menghidupi nilai integritas. Tuhan tidak pernah bicara dalam kekosongan. IA melakukan apa yang dikatakan-Nya. Ketika DIA berkata jadilah ini dan itu, hal itu benar-benar terjadi. Belajarlah dari TUHAN kita Yesus Kristus.

Pertanyaannya adalah masih mau terus kentut, atau mau berak? Masih mau omong doang atau mau hidupi apa yang diomongkan?

Selamat hari rabu teman-teman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline