Lihat ke Halaman Asli

Damanhuri Ahmad

Bekerja dan beramal

Catatan Hari Santri Nasional, Pentingnya Menggali Sejarah Ulama Dulu

Diperbarui: 7 November 2021   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peringata hari santri dengan shalawat di ponpes Nurul Yaqin Ringan-Ringan. (foto shafwatul bary)

Inti dari momen peringatan Hari Santri Nasional yang ditetap setiap 22 Oktober, adalah untuk mengenang sekaligus untuk pelajaran tentunya perjuangan ulama dulu.

Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945, tentu satu dasar hukum, untuk menjadikan momen itu sebagai hari santri.

Banyak perjuangan ulama lainnya dalam mempertahankan republik ini dari rong-rongan penjajah, serta perjuangan dalam bentuk lain yang belum dicatat sejarah.

Itulah yang jadi tanggungjawab moral bagi santri sekarang. Bagaimana santri sekarang menggali dan mengkaji sejarah ulama di lingkungannya, agar tak hilang oleh perjalanan waktu yang kian kencang larinya.

Barangkali, catatan ringan hari santri kali ini selayaknya kita jadikan sebagai momen untuk bangkit dari budaya tutur ke budaya tulisan.

Ulama dulu, sebut saja Tuanku Shaliah Sungai Sariak yang terkenal nyentrik, dan fenomena kontroversi di zamannya. Tapi hanya terdengar dari mulut ke mulut. Sulit sumber ilmiah kita temukan soal kehebatan dan ke karamahan beliau di tengah masyarakat.

Tuanku Sidi Talua di Sampan, terkenal jago debat. Berjam-jam duduk bersila menghadapi perdebatan, dia tenang dan santai saja. Serta karamah lainnya yang amat terkenal di kalangan ulama kita.

Banyak lagi kisah-kisah ulama yang terendap, belum diungkap secara intelektual. Tentu menjadi tuntutan santri sekarang untuk mewujudkan itu semua, dalam menghadapi era globalisasi dan digitalisasi.

Tak cukup hanya eforia di media sosial, tapi lebih penting dari itu menggali sejarah ulama, untuk pengajaran bagi generasi sekarang.

Era masyarakat 5.0 atau super smart society (society 5.0), adalah tantangan santri saat ini. Santri dan alumni santri terus dituntut untuk terus belajar dan belajar tentang banyak hal, sebagai pengejawantahan dari kitab kuning itu sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline