Lihat ke Halaman Asli

Ignasia Kijm

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Dedikasi Seorang Bidan bagi Sesama

Diperbarui: 17 Juli 2022   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggilan jiwa menjadi penyemangat untuk terus melangkah, menjalani profesi kebidanan. (foto dokpri)

Pengetahuan terus berkembang. Setiap harinya selalu muncul hal baru yang perlu dipelajari. Bersama IndiHome, sosok berikut tak kenal lelah menggali ilmu di usia senja demi misi kemanusiaan bagi sesama.

Bidan Maria, demikian sehari-hari ibu saya dipanggil. Sejenak meneropong ke masa lalu.

Tahun 1960, Adonara, Nusa Tenggara Timur. Maria yang masih duduk di bangku SD terpikat dengan seorang perawat di kampungnya. Ia selalu ramah dan rajin melayani orang-orang sakit.

Maria pun tergerak mengikuti jejaknya. Pada 1977 ia lulus dari pendidikan bidan di Yogyakarta.

Tahun 1979 Maria menjalani profesi sebagai bidan di sebuah rumah sakit di Jakarta. Pada Januari 2008 selepas pensiun beliau membuka praktik bidan mandiri di Sunter, Jakarta Utara. Panggilan jiwa menjadi penyemangatnya untuk terus melangkah, menjalani profesi ini.

Bagi Maria, bidan itu melebihi profesi. Melayani orang-orang sekitar dimulai dari hal-hal kecil. “Senyum, sapa, salam, sopan santun, sabar. Tak lupa selalu ucapkan terima kasih,” kata Bidan Maria yang telah menginjak usia 71 tahun.

Bidan Maria tak pernah alpa memberikan semangat kepada setiap pasien yang datang. Bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini. Setiap hari harus dinikmati, baik suka duka maupun untung malang dilewati dengan senyum, bukan dengan merengut. “Satu hal yang perlu diingat, tidak semua orang yang ditolong itu memiliki uang. Terpenting, dia sembuh, kita senang,” ujar Bidan Maria.

Di tengah kesibukannya, Bidan Maria aktif dalam PKK RW dengan keterlibatannya di posyandu lansia dan posyandu bayi/balita. Beliau juga menyempatkan diri berinteraksi dengan masyarakat, khususnya menengah ke bawah atau lansia yang hidup sendiri.

Terkadang Bidan Maria berkunjung ke rumah orang sakit, seperti penderita diabetes dan stroke atau ibu pasca operasi caesar. Beliau mengukur tensi seraya mendengarkan curahan hati mereka.

Bidan Maria memposisikan dirinya sebagai pendengar yang baik. Semua itu baginya adalah panggilan jiwa yang tak mengharapkan imbalan. Melihat senyum di wajah orang sakit yang didatanginya memunculkan kebahagiaan tersendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline