Lihat ke Halaman Asli

Cicilia Ika Mayawati

Pengajar dan Pembelajar

Experiential Learning dan Gaya Belajar David Kolb

Diperbarui: 10 Desember 2021   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Learning is the process whereby knowledge is created through the transformation of experience. (David A. Kolb)


David Kolb mendefinisikan belajar sebagai sebuah proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Model belajar Kolb merupakan bentuk pembelajaran holistik karena mencakup ranah afektif, kognitif dan emosi. 

David Allen Kolb, seorang teoretikus pendidikan yang lahir pada tahun 1939 di Amerika ini mengembangkan sebuah teori belajar yang memadukan konsep behaviorisme, cognitivisme dan constructivisme. Kolb menyampaikan suatu konsep pembelajaran yang terdiri dari empat tahapan sebagai satu kesatuan proses pemerolehan pengetahuan, yaitu Experiential Learning

Experiential Learning merupakan model pembelajaraan yang memperhatikan dan menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami dan dipelajari oleh peserta didik dengan cara terlibatnya langsung dalam proses belajar dan mengonstruksikan sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan.

Kolbs berpendapat bahwa belajar merupakan proses tak berujung. Sepanjang hidupnya, manusia terus belajar dan menemui konflik konstan antara apa yang diharapkan dan apa yang dialami. Belajar menurut David Kolb terdiri dari 4 tahapan yaitu:

  1. Concrete experience (feelling) 

Tahap dimana peserta didik mempelajari pengalaman-pengalaman yang spesifik.

2. Reflective observation (watching)

Tahap dimana peserta didik mengamati lingkungan dari perspektif - perspektif yang berbeda sebelum membuat suatu keputusan.

3. Abstract conceptualitation (thinking)

Tahap dimana peserta didik menganalisis secara logis gagasan-gagasan dan  bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi.

4. Active experimentation (doing)

Tahap dimana peserta didik memiliki kemampuan untuk melaksanakan berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa, termasuk pengambilan resiko.

Keempat proses tersebut menunjukkan ketidak-berujungan proses belajar. Seseorang dapat memulai proses belajarnya dari salah satu tahapan secara logis dan berlanjut ke tahapan berikutnya sebagai sebuah proses melingkar yang berkesinambungan dan saling mendukung. Oleh karena itulah mengapa teori Kolb ini disebut dengan Experiential Learning Cycle.

Pembelajaran yang efektif  terjadi apabila seseorang dapat melakukan keempat tahapan tersebut karena tidak ada satu tahapan yang efektif apabila tidak didukung oleh tahapan-tahapan yang lain. Belajar merupakan  permasalahan konstan antara hal-hal yang saling bertolak belakang yaitu "harapan vs pengalaman", "melakukan vs memikirkan", "konkrit vs abstrak", "aksi vs refleksi". Oleh karena itu, agar pembelajaran terjadi maka seseorang harus menyeimbangkan kesemua aspek tersebut. Hal ini bukan berarti seseorang harus memberi penekanan pada salah satu aspek saja namun secara keseluruhan. Kecenderungan pada bagian dari keseluruhan ini disebut Kolb sebagai gaya belajar.

Kolb menyebutkan ada 4 gaya belajar yang didasarkan pada siklus belajar empat tahap. Keempat gaya belajar tersebut meliputi gaya belajar  divergen, asimilasi, konvergen, dan akomodasi. Keempat gaya belajar ini sebenarnya merupakan hasil dari gabungan dua pasang variable yaitu processing continuum (sumbu pemrosesan, bagaimana pendekatan kita terhadap suatu tugas) dan perception continuum (sumbu persepsi, respons emosi, atau bagaimana kita berpikir atau merasakannya).

  1. Gaya belajar divergen. Gaya belajar ini merupakan kombinasi dari elemen Pengalaman Konkrit dengan Observasi Reflektif. Seseorang yang memiliki gaya belajar ini mampu melihat situasi konkrit dari beragam perspektif. Dalam proses belajar, ia suka bekerja dalam kelompok dan menerima umpan balik secara personal.
  2. Gaya belajar asimilasi. Gaya belajar ini merupakan kombinasi dari elemen Konseptual Abstrak dan Observasi Reflektif. Seseorang yang memiliki gaya belajar asimilasi lebih mementingkan keunggulan logis sebuah teori daripada nilai praktisnya. Dalam proses belajar, ia suka membaca, mengekspolasi model analitis dan memikirkan hal-hal secara mendalam.
  3. Gaya belajar konvergen. Gaya belajar ini merupakan kombinasi dari elemen Konseptualisasi Abstrak dan Eksperimen Aktif. Seseorang yang memiliki gaya belajar konvergen lebih suka menangani masalah dan tugas-tugas teknis daripada isu sosial dan interpersonal. Dalam proses belajar, ia suka melakukan eksperimen dengan ide baru, simulasi dan aplikasi praktis.
  4. Gaya belajar akomodasi. Gaya belajar ini merupakan kombinasi dari Pengalaman Konkrit dan Eksperimentasi Aktif. Seseorang dengan gaya belajar akomodasi memiliki keunggulan untuk belajar dari pengalaman langsung. Dalam proses belajar, ia lebih suka belajar dengan orang lain serta menguji bermacam macam pemecahan masalah.

Lalu, bagaimanakah implikasi teori David Kolb ini dalam Pendidikan?

Tahap-tahap proses pembelajaran serta tipe gaya belajar Kolb perlu diketahui guna mengevaluasi secara kritis proses pembelajaran dan mengembangkan kesempatan belajar secara tepat untuk setiap peserta didik dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Pendidik sebaiknya memastikan bahwa kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan telah dirancang dan dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap pelajar berkesempatan terlibat secara nyaman dalam proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik dapat dibantu untuk belajar lebih efektif dengan mengidentifikasi gaya belajar yang kurang disukai dan memperkuatnya melalui penerapan siklus belajar pengalaman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline