Lihat ke Halaman Asli

Desa Tipang, Pilihan Destinasi Wisata Sejarah di Sekitar Danau Toba

Diperbarui: 25 Februari 2019   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Dinas Budpar Sumut, 2018

Hari menjelang malam, kami tiba disana. Disambut dengan hujan deras, petir dan angin kencang, kami semua pantang untuk balik arah. Selain karena tekat dan komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas negara, juga tidak mungkin lagi kami balik arah dengan rute perjalanan yang menanjak dan licin.

Mobil kami sempat terhenti di tikungan jalan karena tak mampu lagi melalui jalan menanjak dan licin. Jalan satu-satunya yang menghubungan Desa Bakara dan Tipang ini memang terbilang sangat eksotis. Berkelok-kelok, naik turun, cukup membuat perut ini terguncang. Kami sempat terdiam menepi di tikungan untuk mengistirahatkan mobil sejenak lalu mengambil ancang-ancang untuk naik lagi.

Mobil kami cukup licin untuk melalui itu, sampai beberapa kali mencobanya. Hujan petir masih saja menyambar-nyambar membuat kami semua hanya bisa termenung diam di dalam mobil. Bersyukur akhirnya hujan sedikit reda sehingga aliran air hujan di jalanan tanjakan tersebut bisa terhenti, dan kami bisa melaluinya.

Sesampai di hotel, hujan deras dan petir kembali mengiringi kami. Tidak hanya itu, pemadaman listrik di wilayah tersebut juga terpaksa dilakukan sehingga kami harus menunggu beberapa jam lagi sampai mesin genset dinyalakan.

Sangat lelah tubuh kami setelah melakukan perjalanan seharian, namun kami harus bisa sedikit bertahan dengan beberapa kendala tersebut. Hotel yang kami tinggali tepat di pinggiran Danau Toba.

Meskipun sudah malam, namun ombak besar karena angin kencang masih bisa kami perhatikan dari balkon atas hotel. Sangat menegangkan sekali. Teringat satu peristiwa beberapa bulan lalu saat kapal sinar bangun harus terbalik karena cuaca yang sangat buruk dan kelebihan muatan. Sangat sedih membayangkan peristiwa itu. Semoga para jenazah diterima di sisiNya. Amin.

Keesokan paginya, kami disambut dengan udara yang sangat cerah dengan angin semilir. Sunrise bisa kami nikmati sembari menyantap sarapan pagi. Aku dan beberapa rekan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Utara sedang melakukan tugas pendataan cagar budaya yang berada di sekitar wilayah Danau Toba termasuk juga di Desa Tipang ini.

Secara administratif, Desa Tipang masuk dalam wilayah Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera Utara. Desa yang masih kental dengan budaya dan adat Batak toba ini masih menyimpan banyak tinggalan arkeologis. Beberapa lesung, gereja tua tinggalan kolonial, kampung-kampung lama masih bisa kita dokumentasikan.

Di Desa Tipang ini terdapat Bius Tipang yang terdiri dari 7 marga di antaranya: Marga Purba, Marga Manalu, Marga Debata Raja dengan induk marganya Simamora, serta Marga Silaban, Marga Lumban Toruan, Marga Nababan dan Marga Hutasoit dengan induk marganya Sihombing. 

Dok. Pribadi, 2018

Pada beberapa kampung milik salah satu marga, masih kami jumpai beberapa rumah tradisional Batak yang berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu, serta beratapkan seng. Mungkin dulunya atap rumah-rumah tersebut berbahan ijuk namun karena keterbatasan bahan maka atap diganti dengan seng.

Hal yang menarik, kami menjumpai sebuah kampung milik marga Nababan yang disekelilingnya diberi pagar-pagar batu. Pagar-pagar batu tersebut berfungsi untuk melindungi kampung dari bahaya dan ancaman dari luar. Selain di kampung tersebut, kami juga mengunjungi beberapa kampung marga-marga lainnya seperti Marga Purba, Marga Husatoit, Marga Sihombing, dan Marga Debata Raja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline