Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Politik Seperti Sandiwara Cinta

Diperbarui: 26 Oktober 2023   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku rakyat kecil yang tidak memahami teori politik dan strategi politik dalam mencapai kekuasaan hidup dalam kebingunggan dengan situasi yang diberitakan media. Berbagai orang mulai berargumentasi dengan istilah-istilah yang membuat aku sebagai rakyat kecil penuh pertanyaan. Apakah benar ada politik dinasti? Apakah benar politik itu seperti sandiwara cinta? Dalam kontestasi, rakyat hanya menentukan pilihan pada yang berprestasi, mencintai rakyat dan punya integritas yang tinggi. Akan tetapi dengan berita-berita yang dipublikasikan media, seakan-akan mengoyangkan hati rakyat, yang terbaik itu dari kinerja atau opini yang diperlihatkan media.

Aku merefleksikan bahwa situasi berpolitik sekarang seperti sandiwara cinta. Anak muda yang sedang jatuh cinta, penuh dengan sandiwara untuk mendekati cintanya, melalui teman untuk dijadikan jembatan dan mendekati yang dicintai dengan kata-kata gombal yang mampu memperebutkan hati yang dicintai. Tentu untuk mewujudkan cinta yang utuh dan satu, bias jadi untuk mencapai tahap keseriusan yaitu pernikahan. Berpolitik itu, dalam pandanganku sekarang sebagai anak muda, kurang lebih seperti anak muda yang jatuh cinta. 

Ada pedekatenya, kemudian berpacaran. Dalam hal ini, komunikasi menjadi poin penting agar cintanya bias utuh dan mencapai tahap keseriusan dan satu untuk selamanya. Berpolitik juga harus ada komunikasi, pedekate dan juga satu untuk mencapai tujuan Bersama. Hanya berpolitik tujuannya untuk sesuatu yang besar, yaitu untuk banyak orang yang cintanya penuh dengan tuntutan dan cinta itu penuh aturan. Jadi, tidak sembarangan menunjukkan cinta, karena ada aturan.

Anak muda dalam berpolitik, itu menunjukkan ada sesuatu kemajuan dalam diri, yang mendorong oleh perasaan mampu dan kecintaan akan orang-orang yang membutuhkan cinta. Anak muda paham dengan konsep perkembangan zaman, dan akan lebih sesuai dengan konteks zaman dalam mendekati rakyat. 

Dalam hal memperebutkan cinta, anak muda memanfaatkan media, dengan menunjukkan kemapuannya, misalnya bernyanyi, bermain music, berpuisi dan mempostingkan di media, baik di status atau akun media lannya. Tujuannya, agar objek yang dituju dapat melihat, kemudian jatuh cinta. Sesuatu yang belum dilihat oleh objek itu, bias dilihat dengan melihat postingan itu. Ternyata yang lagi pedekate dengan saya memiliki kelebihan. 

Mulailah jatuh cinta. Gaya berpolitik anak muda kemungkinan seperti ini. Dengan lebih lancer mengunakan teknologi bahkan menciptakan teknologi anak muda menunjukkan powernya. Kekuatannya, bukan dari jejak-jejak salama ini atau pengalamannya. Melainkan dari jejak-jejak konsep berpikirnya yang belum tereksploitasi oleh orang lain, saat di ekspoitasi dan diterapkan dalam kehidupan efeknya akan lebih teruji, seperti ketika menunjukkan cintanya kepada orang yang dicintai saat berpacaran.

Anak muda, kita memang belum memahami teori politik dan politik praktis, akan tetapi kita mampu melihat yang berenergi dan mampu bersaing di era zaman sekarang. Tunjukkan bahwa sebagai anak muda mampu menentukan pilihan dengan baik, sesuai dengan pengamatan perkembangan zaman dan kebutuhan zaman. Tentukan pilihan pada orang yang tepat untuk menjawab tantangan zaman, seperti kamu menentukan jembatan yang tepat untuk menyampaikan cintamu pada orang yang dicintai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline