Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Air Mata Apriyani Rahayu

Diperbarui: 6 Juni 2017   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apriyani mendapat pelukan semangat dari Greysia Polii usai memastikan gelar Thailand GPG 2017/@AntoAgustian


Berbadan gempal dengan tinggi hanya 164 cm, Apriyani Rahayu mampu mencuri perhatian di turnamen bulu tangkis level Grand Prix Gold yang baru saja berakhir di Bangkok, Thailand akhir pekan lalu. Berpasagan dengan Greysia Polii mereka sukses membungkam harapan tuan rumah Chayanit Chaladchalam/Phataimas Muenwong di partai final. Kemenangan straight setdengan skor cantik, 21-12 dan 21-12 itu menjadi kado manis di tur perdana mereka.

Apriyani belum lama bertandem dengan Greysia, yang jauh lebih senior baik dalam pengalaman maupun usia. Keduanya diorbit oleh pelatih ganda campuran utama Eng Hian sejak sebelum berangkat ke Gold Coast, Thailand, tempat kejuaraan beregu campuran dua tahunan, Piala Sudirman, dihelat.

Sebelum berangkat ke Negeri Kanguru Eng mencoba keduanya saat laga simulasi di Pelatnas Cipayung. Menghadapi pasangan lama Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari, pasangan berbeda generasi ini masih belum mampu menunjukkan hasil terbaik. Mereka menyerah dua game langsung, 16-21 dan 16-21.

Masih adanya pekerjaan rumah yang harus dibenahi Greysia/Apriyani, membuat tim pelatih Indonesia lebih yakin menurunkan Della/Rosyita saat menghadapi India di laga pembuka Piala Sudirman. Della/Rosyita bertemu Ashwini Ponnappa/Sikky Reddy kemudian kalah 12-21 19-21. Hasil negatif Della/Rosyita melengkapi kekalahan empat wakil lainnya. Indonesia dipukul India 1-4.

Menghadapi laga "hidup-mati" kontra Denmark, tim pelatih lantas memberi kepercayaan kepada Greysia/Apriyani. Keduanya turun di partai terakhir yang amat menentukan. Meski akhirnya Indonesia gagal keluar dari lubang jarum, setidaknya pasangan yang berbeda usia 11 tahun ini mampu membuat pasangan nomor dua dunia, Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen, bekerja keras tiga game. Greysia/Apriani menyerah dengan skor akhir 18-21, 21-13, 13-21.

Kemenangan satu set atas pasangan senior Denmark itu cukup memberi sinyal bagus. Beberapa waktu kemudian mereka buktikan di Thailand.  

Loncatan besar

Hasil baik ini tentu tidak lepas dari kontribusi Greysia. Sebagai pemain paling senior di Pelatnas PBSI, Greysia menjadi mentor sekaligus motivator bagi Apri. Di laga final misalnya, Apri memulai dengan was-was. Pemain berusia 19 tahun itu cukup tegang menghadapi final pertamanya. Greysia kemudian menyuntikan kepercayaan diri dan semangat kepada juniornya itu. Hanya dalam 45 menit keduanya menggapai klimaks.

Meski begitu kualitas diri Apri pun patut diberi apresiasi.  Ia mampu membangun dengan baik jembatan untuk menyambung jarak usia dan pengalaman yang jauh dengan Greysia. Tidak mudah bagi seorang pemain muda bisa berdiri sejajar dengan pemain senior.  Mengimbangi Greysia, Apriani mempertontonkan kegigihan dan semangat pantang menyerah yang berpadu dengan skill mumpuni.

Apri sebenarnya mengalami loncatan besar dalam kariernya. Ia belum lama menghuni Pelatnas, seiring promosi dan degradasi yang dilakukan  tak lama setelah pengurus baru PP PBSI terbentuk. Bersama 11 pemain putri lainnya ia langsung ditempatkan  di gerbong ganda putri utama bersama Greysia Polii, Nitya Krishinda Maheswari, Della Destiara Harris, Rosyita Eka Putri Sari, Anggia Shitta Aanda, Ni Ketut Mahadewi istiriani, Rizki Amelia Pradipta, Tiara Rosalia Nuraidah, Meirisa Cindy Sahputri, Nisak Puji Lestari, dan Yulfira Barkah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline