Lihat ke Halaman Asli

Christian Evan Chandra

TERVERIFIKASI

Analis aktuaria - narablog

Bahasa Indonesia Berpotensi Menjadi Bahasa Resmi ASEAN: Peluang dan Tantangan bagi Native Speaker dan Writer

Diperbarui: 10 April 2022   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Freepik)

Beredar kabar di jejaring sosial bahwa ada warga Malaysia yang khawatir generasi mudanya lebih fasih berbicara dalam bahasa Indonesia.

Di sisi lain, Malaysia berpikir jika bahasa Melayu bisa menjadi bahasa resmi kedua di Asia Tenggara dengan adanya negara lain sebagai pengguna, termasuk sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia kan lebih banyak penuturnya?

Jika dilihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih dari delapan kali lipat banyaknya masyarakat Malaysia, jelas bahasa Indonesia memiliki lebih banyak penutur.

Ditambah lagi, sebagian teman-teman kita di Thailand tertarik untuk mempelajari bahasa persatuan kita. Tidak salah jika beberapa pihak menganggap bahasa Indonesia lebih layak menjadi bahasa resmi kedua di Asia Tenggara.

Kemiripan yang terasa cukup signifikan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu memudahkan penutur dari salah satu bahasa untuk mempelajari bahasa lainnya. Kita terbiasa mendengar bahasa Melayu dari tayangan Upin dan Ipin, juga lagu-lagu Siti Nurhaliza. Tidak sedikit juga warga Malaysia yang terpapar bahasa Indonesia dari lagu penyanyi Indonesia, misalnya Pecinta Wanita oleh Irwansyah.

Akan tetapi, ketika suatu bahasa menjadi bahasa resmi di kawasan, tentu kebutuhan untuk menguasainya menjadi lebih luas dari sekadar bisa menggunakannya dalam obrolan sehari-hari. 

Berbicara haruslah menggunakan logat yang benar, demikian pula dengan penggunaan kata dan struktur penyusunan teks yang harus tepat ketika menuliskan surat-surat formal. Ini memberikan peluang bagi anak bangsa untuk menjadi pengajar di luar negeri.

Ketika mencari pekerjaan di dalam negeri tidaklah mudah, peluang ini tentu menarik apalagi jika teman-teman kelak ditempatkan sebagai native speaker alias hanya perlu mengajar terkait aspek berbicara.

Saya masih ingat native speaker di bangku SMP dengan logat bahasa Inggris yang terdengar masih murni dari Inggris dan bekerja keras mengajarkan kami supaya logatnya benar-benar tertular sepenuhnya. 

Beliau tidak perlu menulis di papan tulis atau menjelaskan slide PowerPoint, benar-benar datang ke kelas hanya untuk mengajak kami berdiskusi sambil memperbaiki cara berbicara agar logat dan diksi yang digunakan tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline