Lihat ke Halaman Asli

Casmudi

TERVERIFIKASI

Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Nostalgia Pohon Asam dan Ulat Keket yang Bikin Menangis

Diperbarui: 19 April 2021   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nostalgia waktu kecil mencari buah asam saat bulan Ramadan (Sumber: shutterstock)

Mentari baru saja menebarkan cahayanya. Suasana pagi terasa dingin, karena sehabis imsak turun gerimis. Saya sudah menyiapkan ketapel yang saya rakit sendiri. Seperti biasa, saya akan bergabung dengan teman main kecil dari "wetan brug". Sebutan untuk teman kecil yang tinggal di sebelah timur jembatan kecil. Berkelana ala Si Bolang, untuk berburu asam yang berada di pesarean makam desa.

Sebuah ilustrasi yang menjadi nostalgia indah saya waktu kecil. Sebuah kebiasaan yang saya lakukan saat bulan Ramadan tiba. Nostalgia tersebut terjadi saat masih Sekolah Dasar (SD), di salah satu desa di kawasan Pantura Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Saat menulis perjalanan nostalgia ini, pikiran saya mulai menerawang jauh. Berburu ke sebuah waktu pada tahun 1988. Ketika, ritme kehidupan anak kecil begitu indah. Tanpa "direcoki" berbagai game di perangkat smartphone. Bahkan, saya dan teman-teman tidak mengenal apa arti alas kaki. Ke manapun kami melangkah, the nyeker adalah yang terbaik.

Seringkali, kami hepi saat melepas kaos yang lusuh. Dikalungkan di leher, pinggang atau kepala. Badan pun tidak segan-segan beranjak "busik" atau kulit kehitam-hitaman terkena sengatan mentari. Saya berpikir bahwa tayangan yang Si Bolang di televisi belum se-ekstrim apa yang saya lakukan.

Karena, apa yang saya lakukan seringkali menyerempet bahaya. Pernah jatuh dari pohon. Atau, dikejar pemilik sawah, karena kami merusak tanaman jagung yang hendak dipanen. Kejadian tersebut merupakan salah satu nostalgia terindah waktu kecil.

Namun, nostalgia yang bikin kangen waktu kecil saat bulan Ramadan adalah berburu asam. Percaya atau tidak, pohon asam tempat kami berburu berada di kawasan pesarean. Kawasan yang terdapat beberapa makam, dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Dekat dengan pesarean tersebut adalah pemakaman umum.

Biasanya, anak kecil sekarang takut dengan kawasan pemakaman. Tetapi, masa kecil saya, berteman baik dengan kawasan yang menakutkan tersebut. Mengapa? Karena di kawasan pasarean tersebut terdapat 2 pohon asam besar. Di mana, setiap bulan akan berbuah lebat.

Saya tidak merasakan takut sedikit pun. Untuk memanjat pohon asam yang tingginya lebih dari 50 meter. Rasa berani saya karena dipacu teman main yang bernyali tinggi. Kami sering berlomba-lomba, siapa yang mampu mencapai ranting pohon asam tertinggi. Rasa gemetar dan phobia tinggi hilang seketika. Ketika, melihat teman main menikmati asam yang sudah matang di atas pohon.

Tingkah laku kami sering diperingatkan oleh Sang Juru Kunci makam. Agar, tidak terlalu tinggi saat memanjat pohon asam. Tetapi, namanya anak kecil yang nakal. Semakin dilarang, kami semakin terpacu adrenalinnya. Sampai akhirnya Sang juru kunci pun menyerah dengan tingkah nekad kami.

"Saya sudah peringatkan beberapa kali. Tapi, kamu tidak pernah mendengar nasehat saya. Sekarang, kalau ada apa-apa yang terjadi, saya tidak bertanggung jawab".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline