Lihat ke Halaman Asli

Hamdani

TERVERIFIKASI

Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Mengenal Tradisi "Peusijuek" dalam Masyarakat Aceh dan Perlu Dilestarikan

Diperbarui: 2 Desember 2018   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto: rri.co.id

Tradisi peusijuek dalam kehidupan masyarakat Aceh bukanlah adat kebiasaan yang ada begitu saja dan berdiri sendiri, karena kebiasaan peusijuek dilakukan dalam rangkaian pelaksanaan adat-adat yang lain, misalnya ketika dilakukan adat perkawinan atau ketika mendamaikan suatu perkara secara adat, dan lain-lain.

Kebiasaan mengadakan peusijuek sudah berlangsung lama dalam masyarakat Aceh dan tidak diketahui secara pasti kapan mula adanya dan darimana asalnya. Ada yang mengatakan bahwa peusijuek telah ada dalam masyarakat sebelum Islam datang ke Aceh.

Jadi telah ada kebiasaan tersebut ketika pengaruh agama Hindu masuk ke Aceh, atau sebelumnya lagi ketika masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Hal ini dapat dimengerti mengingat peusijuek sebagai kebudayaan yang bersifat sakral dan tergolong kebudayaan universal.

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia maka peusijuek mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan hidup manusia. Demikian setelah datangnya Islam, maka kebiasaan peusijuek diberi nafas Islam dalam cara-cara pelaksanaannya dan disesuaikan dengan ajaran Islam. Misalnya ketika peusijuek dimulai dengan membaca Basmalah dan akhirnya membaca doa secara Islam.

Hakekat dan Tujuan Peusijuek

Peusijuek dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan sebagai 'menepung tawari' berarti membuat sesuatu menjadi "sejuk", "dingin" (sijuek berarti sejuk atau dingin) yang mengandung makna bahwa dengan mengadakan peusijuek atau menepung tawari diharapkan akan memperoleh berkat, selamat atau akan berada dalam keadaan baik.

Peusijuek dapat dilakukan pula pada benda-benda dan pada manusia. Jadi setelah dipeusijeuk, seseorang yang akan berpergian jauh misalnya, diharapkan perjalanannya akan berlangsung dengan selamat. Peusijuek pengantin (dara baro atau linto baro) misalnya dilakukan dengan harapan agar perkawinannya akan bahagia dan akan memperoleh keselamatan dalam kehidupan mereka.

Demikian juga mengadakan peusijuek terhadap rumah baru dengan maksud supaya terdapat rasa aman dan nyaman tinggal di rumah itu, tanpa ada gangguan dari setan atau berbagai kekuatan jahat lainnya.

Pada dasarnya banyak sekali peristiwa dalam kehidupan seseorang yang diharapkan dapat berlangsung dengan baik atau akan mendapat keselamatan dalam menjalani peristiwa itu. Karena itu orang berdoa kepada Tuhan agar dapat terpenuhi harapan itu, dan menyatakan rasa syukur apabila harapan sudah terpenuhi atau telah berlangsung dengan baik.

Berdoa dan menyatakan rasa itu telah menjadi kebiasaan masyarakat Aceh, dan dalam masyarakat Aceh peusijuek dilakukan dalam rangka berdoa dan menyatakan rasa syukur tersebut. Karena itu dapat dikatakan bahwa kedudukan peusijuek itu bukanlah suatu adat yang berdiri sendiri melainkan sebagai bagian atau pengiring dari suatu adat tertentu, yang telah menjadi adat atau diadatkan.

Ialah pernyataan rasa syukur atau pernyataan harapan untuk memperoleh berkat atau keselamatan dari suatu peristiwa kehidupan, dan pernyataan dilakukan dengan berdoa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline