Lihat ke Halaman Asli

Hayca Duta

Hayca Duta itu nama pena

Transportasi Publik: (Dis)Konektivitas Desa Kota

Diperbarui: 23 Agustus 2022   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 1990-an menjadi awal perkenalan dengan transportasi publik, bersama orang tua naik bus menuju tempat kakek nenek di Jakarta. Sejak dahulu, sudah penuh sesak, pengamen menjual suara dan karya, pedagang menjajakan berbagai jajanan ringan. 

Abang mainan tidak mau ketinggalan merayu dengan ramah agar bocah seperti saya merengek minta belikan mainan. Risihkah kita dengan kondisi demikian di dalam transportasi public? Bisa ya dan tidak. 

Saya sendiri tidak ada masalah dengan kondisi demikian, akan tetapi hidup itu proses, dan pasti akan mengalami perubahan. Bagi yang pernah merasakan KRL Ekonomi dengan banyak pedagang bersesakan, penumpang naik ke atas gerbong, dan disaat sepi, ada adik kecil yang menyapu lantai gerbong seraya menengadahkan tangan. Iba, recehan pun berpindah ke tangan adik tersebut. 

Tidak berapa lama, pedagang dengan kotak besar berisi buah, tahu sumedang dan makanan ringan lainnya mendorong kotanya seraya menawarkan dagangannya. Suasana yang sulit dilupakan.

Sekarang, semuanya sudah berubah menjadi lebih baik, karena tidak sedikit ada kasus pelecehan seksual dalam kereta, bahkan bisa terjadi di dalam bus. Perubahan pun terus dilanjutkan, yang akhirnya ada inovasi berupa bus transjakarta. 

Sekali lagi, celah kejahatan tetap saja ada, karena pernah ada kasus pelecehan seksual di halte transitnya. Yah, semua ada proses dan ada saja kejadian yang tidak terduga. 

Terlepas itu semua, inovasi yang ada di perkotaan terkait dengan transportasi publik, sudah sangat baik dan perlu dukungan penuh dari para pengguna layanan.

Jika kita bicara hal yang berkaitan dengan tranportasi publik, seperti tarifnya, tentu itu semua sudah disesuaikan dengan kekuatan ekonomi masyarakatnya. 

Saya tidak akan membahas lebih dlam soal ini. Saya ingin membahas perkembangan kota yang sangat erat dengan aksesibilitas dan dukungan transportasi yang layak untuk masyarakatnya.

Saya coba awali dengan konsep perkembangan kota menurut salah satu ahli, yaitu teori tempat sentral oleh walter christaller, menjadi salah satu dasar dalam perkembangan suatu wilayah. Khususnya kota. 

Dalam teorinya, tempat sentral merupakan lokasi yang menjadi titik pusat interaksi antar individu yang intens. Sehingga dapat memberi pengaruh terhadap wilayah sekitarnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline