Lihat ke Halaman Asli

Kapitalisasi Lahan

Diperbarui: 24 Desember 2021   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kantor Pos Besar Yogyakarta yang berada di kawasan titik nol kilometer.(Sumber foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id via kompas.com)

Lahan di kota Yogyakarta tempat kami tinggal sangat sempit. Sementara, kaum migran berdatangan untuk sekolah, berbisnis, dan yang paling klasik menghabiskan masa pensiun di kota gudeg. Kaum pendatang adalah kontributor ekonomi kota Yogyakarta yang tidak memiliki Sumber Daya Alam seperti kabupaten di sekitarnya. 

Namun, sekitar tiga tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19 menyebar di Yogyakarta, arah pembangunan fisik yang terlihat kasat mata fokus pada penambahan jumlah hotel. 

Seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan domestik ke Yogyakarta, daya tampung hotel dan sejenisnya tidak mampu lagi mengakomodasi mereka, sehingga solusi jangka pendeknya adalah menambah jumlah hotel dengan memberikan kemudahan izin bagi pengusaha. 

Apa yang selanjutnya terjadi? Hotel tumbuh bak cendawan di musim hujan. Lahan-lahan di tengah kota nyaris dipenuhi oleh hotel. Pada satu sisi, pendapatan daerah akan meningkat dengan padatnya okupasi kamar hotel. Tetapi, di sisi lain, masyarakat kota yang telah lama hidup di Yogyakarta justru terdampak dengan keberadaan banyak hotel. 

Lahan yang semestinya dapat dimanfaatkan untuk resapan hijau atau taman kota sebagai paru-paru telah berubah fungsi. Apalagi, beberapa lahan kosong sebagai area publik digunakan sebagai tempat parkit bus-bus luar kota. 

Tata kota yang semula ingin menonjolkan 'heritage' tertutupi dengan antrian bus dan kendaraan luar kota yang berebut celah. Kemacetan ini semakin buruk ketika musim liburan sekolah tiba. 

Di samping hotel, masyarakat kota memerlukan ruang publik yang nyaman. Taman Pintar menjadi contoh paling nyata. Taman Pintar bukan cuma dinikmati oleh masyarakat kota, tetapi menjadi destinasi wisata yang diminati. 

Di kawasan Giwangan, tidak jauh dari terminal bus, masyakarat setempat berhasil mengembangkan kolam ikan sebagai ruang publik yang tertata. Seperti halnya Jepang yang memelihara ikan koi di got. 

Proyek hotel di Yogyakarta menyebabkan harga properti meroket, apalagi daerah-daerah strategis. Pengusaha kemudian memburu rumah-rumah di perkampungan untuk dimodifikasi menjadi 'homestay'.

Dengan pendapatan yang tidak kalah menjanjikan, para pemilik rumah kampung juga mencoba peruntungan berbisnis 'homestay'. Berkah 'homestay' lebih banyak dirasakan oleh para pengusaha UMKM. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline