(Ket: Infografis diambil dari situs Kontan.co.id)
Salah satu cara saya untuk menikmati hari Senin di kantor adalah dengan membuka beberapa situs traveling atau mencari-cari info tiket murah. Nah, tadi pas hunting promo dari maskapai, saya menemukan berita ini "Buka Rute Jakarta-Bangkok, Mandala Tawarkan Tiket Rp 699.000."
Saya perhatikan di berita tersebut ternyata harga tiket pesawat Mandala sedikit lebih mahal ketimbang penerbangan murah lainnya seperti Air Asia, meskipun masih lebih murah ketimbang harga tiket maskapai besar seperti Garuda Indonesia. Kenapa bisa begitu ya? Padahal sekarang Mandala Airlines sudah dipegang Saratoga Group (Sandiaga Uno) dan Tiger Airways (yang hobi traveling pasti hapal dengan maskapai penerbangan bertarif rendah terdepan di Asia ini).
Trend perjalanan lewat angkasa memang sedang jadi primadona di Indonesia. Kalau dibandingkan dengan perjalanan darat, naik pesawat itu harganya (relatif) lebih murah plus waktu tempuhnya jauh lebih cepat. Itu sebabnya jumlah penumpang semakin banyak; lihat saja bandara semakin ramai sekarang.
Mungkin itu yang membuat beberapa maskapai perang tarif. Bagi beberapa orang, harga adalah segalanya: tidak masalah delay berjam-jam atau kapalnya diberitakan beberapa kali tergelincir di lintasan pacu; yang penting murah. Tapi ada juga yang mengutamakan keselamatan dan kualitas pelayanan. Mungkin orang-orang ini yang diincar Mandala Airlines.
Seperti yang saya bilang tadi, jumlah penumpang pesawat terus tumbuh pesat dari tahun ke tahun. Harusnya maskapai berpikir meningkatkan kualitas saja ketimbang menekan harga tiket. Toh, calon penumpang akan selalu ada bahkan terus bertambah.
Lagi pula jumlah kecelakaan pesawat di Indonesia cukup tinggi, bahkan sampai pernah dilarang memasuki Eropa. Ya meski sekarang sudah dicabut larangannya, tapi tetap ada saja kecelakaan pesawat terjadi di Indonesia setiap tahunnya; seperti tragedi Sukhoi beberapa minggu yang lalu misalnya.
Jadi apakah Mandala Airlines aman sesuai harganya? Hmm.. harusnya ya. Kalau tidak aman, ya ngapain bayar lebih mahal?