Lihat ke Halaman Asli

Biyanca Kenlim

Yo mung ngene iki

Melestarikan Kesenian Reog Ponorogo di Hong Kong

Diperbarui: 25 Oktober 2016   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dokpri

Di tengah gempuran berita negatif, oleh tingkah polah beberapa Buruh Migran Indonesia (BMI) Hong Kong belakangan ini yang menghebohkan jagat maya, membuat pandangan masyarakat luas akan BMI Hong Kong begitu buruk. 

Image yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun, termasuk bagi BMI itu sendiri. Namun sejatinya dari ratusan ribu BMI yang ada di Hong Kong, jika kita mau objektif menilai, hanya segelintir dari BMI yang memilih jalan unjuk diri dengan cara yang kurang baik/tepat. 

Ibarat peribahasa "kerana nila setitik, rusak susu sebelanga".  Kenyataannya, masih sangat banyak BMI yang memiliki kegiatan positif bahkan layak diberi apresiasi untuk aktifitas mereka, ini dia salah satunya.

foto dokpri

Hari Minggu (23/10/2016) bertempat di lapangan rumput Victory, penulis menghadiri undangan dari seorang teman untuk merayakan acara pembukaan, potong tumpeng dan doa sehubungan diresmikan salah satu komunitas BMI yang begitu peduli dengan kesenian tradisional Indonesia, yakni kesenian Reyog yang berasal dari daerah Ponorogo Jawa Timur. 

Komunitas pecinta seni ini menamakan diri SINGO WIROMO yang artinya "Seekor macan yang mengikut arahan gamelan. Wiromo adalah kebersamaan dan keterpaduan dalam unsur tari. Wiromo diambil dari kata dasar Wirogo, unsur unsur gerakan indah. Menari bukan hanya menghafal suatu gerakan namun harus Wirogo, Wiroso, Wiromo!" begitu menurut salah satu pengurusnya Henny, melalui pesan Washap akan makna Singo Wiromo .  

foto dokpri

Singo Wiromo berdiri sejak setahun yang lalu tepatnya 1 Oktober 2015, selama ini selalu tampil menghibur di setiap organisasi lainya yang mengadakan acara. Mereka tampil menghibur secara free, sukarela. Didasari rasa cinta yang mendalam dan kebanggaan akan kesenian negeri sendiri, membuat mereka tampil total tanpa memikirkan materi yang didapat. Saat ini Singo Wiromo terdiri dari 20 pemain diluar personil pengurus, terdiri dari Warok, Ganongan, Pembarong juga pemain Jathilan.  

foto dokpri

Menurut Mami Reyog yang asli arek Ponorogo selaku pembina, pelatih sekaligus humas dari Singo Wiromo, menyatakan pada penulis "Kami sebagai putu reyog, sudah sewajibnya  menjaga kelestarian kesenian tradisional Indonesia dari Ponorogo, tarian Reyog khususnya, di manapun berada. Apalagi di Hong Kong ini, yang mana generasi putu reyog dihadapkan pada budaya dan kultur dari luar yang jika tidak bijak menyikapinya, maka kecintaan mereka pada kesenian tanah leluhur akan sirna, bahkan jika BMI larut dalam pergaulan yang salah, akan membuat BMI tidak punya jati diri," begitu ungkap Mami Reyog. 

"Maka dengan membentuk Komunitas Singo Wiromo kami berharap teman teman BMI yang ada di Hong Kong akan selalu ingat, mencintai, menjaga, bahkan meneruskan warisan seni budaya sebagai pusaka dari nenek moyang yang layak untuk dirawat dan dipelajari dengan sungguh sungguh!" imbuhnya penuh semangat.  

foto dokpri

Saat ini selain Singo Wiromo, ada juga beberapa komunitas lain yang juga bergerak melestarikan kesenian tradisional Reog Ponorogo di Hong Kong. Secara khusus Mami Reyog dan juga Lintang sebagai ketua Singo Wiromo serempak mengungkapkan harapan pada pihak yang terkait, dari pemerintah Ponorogo sendiri, pihak pihak pecinta seni Reyog, terlebih lagi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang mana adalah perpanjangan tangan dari pemerintah Indonesia di Luar Negeri untuk turut memberi perhatian juga bantuan.

Di mana saat ini kesenian Reog yang ada di Hong Kong masih ada satu kekurangan yang ingin sekali mereka wujudkan, yakni adanya DADAK MERAK guna menyempurnakan satu kesatuan seni tari Reog Ponorogo. Karena Reog tanpa DADAK MERAK, ibarat sayur kurang penyedap rasa, sudah enak tapi masih kurang mantap, begitu kira kira.  

foto dokpri

Jadi kiranya semoga ada pihak yang tergerak untuk memberi bantuan Dadak Merak pada BMI dari Ponorogo yang sudah terbukti menjadi duta wisata nyata bagi Indonesia. Tampak dari begitu antisiasnya penduduk lokal atau warga asing di Hong Kong dalam menonton penampilan Singo Wiromo kemarin di hari Anniversary yang pertama. Bahkan penulis sempat berbincang dengan seorang jurnalis dari Tiongkok yang tak henti mengarahkan kameranya mengambil foto dengan wajah terkesan takjub.

foto dokpri

B
egitulah wajah nyata BMI di Hong Kong, dari sekian yang "salah jalan" sangat banyak BMI yang benar benar bekerja untuk keluarga, menjadi pahlawan devisa, menjaga harkat dan martabat Bangsa, bahkan secara tidak langsung mereka menjadi duta wisata dengan mengenalkan kesenian pada penduduk lokal, juga menjadi duta kuliner dengan mengenalkan menu masakan Indonesia pada keluarga majikan tempat kami bekerja. Dan masih banyak lagi kegiatan positif yang dilakukan oleh teman teman lainnya yang layak kita beri apresiasi dan angkat topi untuk mereka.

Happy Anniversary yang pertama untuk Singo Wiromo, semoga kedepan semakin sukses, semakin solid untuk seluruh Putu Reog (seluruh BMI asal Ponorogo) bersatu menjaga dan menjadikan kesenian Reog dikenal dunia. Dan yang pasti kegiatan positif teman teman semua, mampu menepis anggapan , jika BMI Hong Kong tidak semua berbuat negative . "ojo gebyah uyah"  orang Jawa bilang. Hidup BMI Hong Kong! Wassalam.

 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Reog_(Ponorogo)

Biken 24/10/2016 SW-HK




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline