Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Silent Sitting, Pelatihan Membangun Ketenangan Batin Peserta Didik

Diperbarui: 2 Februari 2023   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar. Siswa SMA Cinta Kasih Tzu Chi melakukan silent Sitting (Dok.Pri)

The Power of Habits. Kekuatan pembiasaan mengalahkan bakat seseorang. Keyakinan akan kebenaran pernyataan tersebut mendasari James Clear menulis buku yang berjudul, "Atomic Habit". Gagasan ini memperkuat praktik baik di sekolah untuk melaksanakan pembiasaan bagi para peserta didik. Salah satu pembiasaan di Sekolah Cinta Kasih adalah silent sitting, pelatihan penenangan batin peserta didik.

Setiap pagi sebelum pembelajaran di kelas mulai, semua peserta didik dan pendidik melaksanakan pembiasaan silent sitting.

Semua warga sekolah duduk diam, mata terpejam, kedua tangan di atas paha. Kami semua hening sambil diiringi musik intrumen lembut. Kegiatan ini berlangsung lebih kurang 3 menit. Setelah musik instrumen selesai kedua telapak tangan digosok-gosokan dan diusapkan ke pelupuk mata. Akan dirasakan aliran energi hangat. Mata terasa lebih jelas memandang objek. Pikiran dan batin terasa tenang. Setelah silent sitting akan disusul kegiatan pembiasaan berikutnya.

Mengapa Silent Sitting Penting?

"Batin yang tenang sumber sukacita" Begitulah Master Chen Yen menyampaikan ajaran kepada para muridnya. Seperti yang disampaikan penyair dari Tiongkok, Tao Yuan-ming (365-427 M), "Jika pikiran tak terpengaruh, maka keadaan di sekitar tentu terasa tenteram" Inilah yang disasar oleh pembiasaan silent sitting.

Peserta didik membangun batin yang tenang agar bisa konsentrasi pada saat mengikuti pembelajaran. Demikian juga pendidik, bisa fokus pada tujuan pembelajaran yang tidak boleh mengabaikan "bimbingan" kepada peserta didik.

Dunia saat ini diwarnai dengan hiruk pikuk. Masyarakat dicirikan dengan "pergerakan" yang serba cepat. "Pergerakan" ini menjadikan manusia dikejar waktu dan mengejar pencapaian (hasil), yang seringkali menomorduakan proses. Hal ini menjadi godaan dan tantangan besar bagi pendidik melaksanakan pembelajaran yang bermakna.

Dengan silent sitting, peserta didik dan pendidik diajak untuk menyiapkan batin agar fokus pada makna pembelajaran, yaitu mengembangkan potensi kemanusiaan menjadi manusia yang berkarakter. Istilah Filsuf Driyarkara, "menjadikan manusia semakin manusiawi". Menurut Ki hajar Dewantara menjadi manusia merdeka.

Seseorang yang punya batin tenang tidak akan terbelenggu dan tidak dikendalikan oleh kondisi lingkungan. Batin yang tenang membuat peserta didik menyadari tugas utama mereka sebagai pelajar yang harus belajar.

Dampak positif dari pembiasaan ini sangat banyak. Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, peserta didik yang serius melakukan pembiasaan memiliki sikap randah hati dan lebih tenang menghadapi tantangan atau kesulitan. Mari kita membangun batin yang tenang agar tidak terombang ambing perubahan yang serba cepat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline