Lihat ke Halaman Asli

Bernadeta Ajeng Mardiana

Seorang Guru di Kabupaten Jember

Dilema Pembelajaran Jarak Jauh di Pedesaan

Diperbarui: 4 Desember 2021   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sejak kasus  Covid-19 pertama pada awal Maret 2020, yang telah diumumkan oleh pemerintah. Banyak sektor kehidupan yang lumpuh, termasuk dalam bidang pendidikan. Berbagai pihak mendesak adanya solusi dalam mengatasi berbagai persoalan agar siswa dan guru tetap dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar demi keberlangsungan pendidikan.

 

Dalam hal ini Negara berkewajiban mencarikan solusi yang tepat. Mendikbud, Nadiem Makarim, mengatakan, bahwa pihaknya sudah menyediakan kurikulum darurat yang diambil dari kurikulum 2013, ada sejumlah kompetensi dasar yang dipangkas. Kendati begitu, tidak semua sekolah wajib melaksanakan kurikulum darurat tersebut.

Pada awal pandemi, satu-satunya media (aplikasi) yang digunakan untuk pembelajaran daring adalah WhatsApp dengan bantuan penyediaan kuota gratis dari Pemerintah. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring di masa pandemi ini jauh dari kata ideal khususnya bagi kami yang berada di pedesaan.

Hingga saat ini, kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya berlangsung di sekolah. Peserta didik masih belajar dari rumah dengan bimbingan dari guru dan orangtua. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasarana seperti laptop atau HP yang dimiliki orangtua peserta didik, kesulitan akses internet, kondisi listrik yang tidak stabil, dan keterbatasan kuota internet yang bisa disediakan oleh orangtua.

Guru mengalami banyak hambatan dalam PJJ dan tetap fokus pada penuntasan kurikulum yang wajib untuk terus dijalankan. Waktu pembelajaranpun menjadi berkurang, salah satu cara untuk melaksanakan pembelajaran yang berkesinambungan dan dapat berkomunikasi dengan peserta didik yaitu mengunjungi kerumah mereka atau membuat kelompok kecil, karena tidak semua orangtua bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah.

Peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan mengeluhkan banyaknya penugasan yang sebenarnya adalah karena peserta didik sendiri terkendala informasi dari guru atau pihak sekolah. Hal ini menyebakan meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi di rumah.

Hingga saat ini pada semester Ganjil tahun 2021 Indonesia  masih belum terbebas dari Covid-19. Berbagai peraturan Pemerintah dari tahap New Normal dan Masa Transisi kita diwajibkan untuk melaksanakannya, seperti mulai dibukanya kembali beberapa sekolah dengan pembatasan jumlah siswa pada setiap kelasnya, sehingga sangat melegakan bagi sekolah di pedesaan seperti kami.

Demi terwujud kegiatan pembelajaran yang bermakna, menginspirasi, dan lebih menyenangkan, guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran dan memberi tugas kepada peserta didik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline