Lihat ke Halaman Asli

Swarna

mengetik 😊

Kepada Pagi yang Sunyi

Diperbarui: 25 Desember 2020   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

Kepada Pagi yang Sunyi

Pagi ini mataku terlambat untuk terbuka
Kulihat jarum jam di dindung menunjuk angka lima
aku berusaha menyadarkan diri dan lelap semalam
berusaha mengingat tentang sebuah hari

Di halaman takada suara gesekan sapu. Bukan tersebab tanah lembab. Guguran daun-daun kering. Rumput-rumput sudah dua minggu tak disiangi

"Ke mana Ibu yang setiap pagi di halaman ini?" seseorang bertanya. Suara itu tak berjawab. Angin pun takingin bercerita tentang sebab, tentang lingkaran mata masih terlihat sembab

Pintu masih tertutup. Suara-suara: denting piring yang dicuci, desis air yang dimasak; ke mana? "Hey, salat Subuhmu kembali dipanggang matahari!" Suara pengingat itu pun takada

Kemanakah?
aku beringsut menatap pekarangan dari jendela
masih kuingat suara yang kerap kali memanggil namaku
lalu mengajak bercerita sepanjang waktu
Kini tak kutemui, ada yang hilang dalam hariku

Duduk membisu
Hanya memegangi gelas berisi teh panas dengan kedua telapak tanganku
sesekali memejamkan mata dan melukiskan dirimu ada di hadapanku
dan kuceritakan lagi tentang kisah yang kulalui tanpa hangatmu bersama untaian embun yang mulai luruh

Beranda kehilangan, 25122020
Puisi Ayah Tuah dan Swarna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline