Lihat ke Halaman Asli

Swarna

mengetik 😊

Puisi | Mengeja Secuil Waktu

Diperbarui: 30 September 2019   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Pixabay

Mengeja  Secuil Waktu

waktu tak kan pernah berhenti merangkai larik-larik kisah dari opera kehidupan.

Marahari dan rembulan mangajak selalu mengeja laku bukan menghitung waktu

dunia tak hanya melihat berapa yang telah tertulis pada dinding pagi, siang ataupun malam
namun berapa banyak yang bisa terbaca.

kesedihan tak pernah membelah hati, senyuman bukan berarti kebahagiaan, kepuasan tiada henti, menari, berkelana pada tiap-tiap sanubari. meninggalkan mimpi-,mimpi atau mungkin menancapkan pedih.

aku melukisnya hanya dalam secuil waktuku, tapi serasa telah memenuhi seumur hidup. kesahajaannya, amarahnya, kegundahannya, ambisinya, juga sepotong sajak cinta kehidupannya yang menghiasi bunga-bunga.

Ini bukan tentang hitungan sebuah nominasi, ini tentang perjalanan yang belum berhenti, bukan jua tentang terbang tinggi, namun tentang berkurangnya masa yang telah terlewati.
bila masih panjang jalan di depan membentang, titip salamku sepanjang hari.

teras perjalanannya,  30 September 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline