Lihat ke Halaman Asli

I Made Sarjana

Orang desa penjelajah nusantara

Junglegold Bali Bikin Coklat Nikmat, Petani Kakao Tak Lagi Melarat

Diperbarui: 3 Juni 2022   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta Indonesia Development Forum yang diselenggarakan Bappenas di Junglegold Bali. (Dokpri)

Banyak mitos atau asumsi tidak tepat terkait konsumsi coklat di Indonesia. Sebagian orang takut makan coklat karena takut gemuk, dan sebagian lagi takut sakit perut. Lebih kacau lagi, ada orang "alergi" coklat karena mereka takut "kanker" alias kantong kering. Sejatinya alasan orang mengkonsumsi coklat itu tidak memiliki alasan yang sahih atau berdasarkan hasil kajian ilmiah.

Direktur Junglegold Bali Ida Bagus Nama Rupa mengakui konsumen coklat di Indonesia tidak "happy" sehingga mereka butuh edukasi. "Pemasaran coklat kami dilakukan dengan edumarketing," tutur pria yang akrab disapa Gusde kala menerima rombongan peserta Indonesia Development Forum (IDF), Kamis (2/6/2022).

Edumarketing yang dimaksud memperkenalkan pola konsumsi coklat secara benar agar masyarakat mau merubah persepsi tentang coklat. Adanya persepsi yang menyebutkan coklat bikin gemuk, bikin jerawat, sakit perut atau coklat dijual denga harga mahal menjadi tantangan besar dalam pemasaran coklat di Indonesia. 

Terbukti, konsumsi coklat penduduk Indonesia berkisaran 0,3 kg/orang/tahun. Jumlah ini jauh dibandingkan konsumsi coklat masyarakat eropa yang mencapai 9 sampai 11 kg/orang/tahun. Kondisinya memang miris sebagai salah satu penghasil biji kakao terbesar di dunia namun konsumsi coklatnya sangat kecil.

Persepsi coklat bikin gemuk mencuat di Indonesia karena camilan coklat yang dikonsumsi itu kadar kandungan coklatnya sangat kecil. Dalam kontek ini, coklat yang dikonsumsi bukanlah coklat asli tetapi camilan atau minuman berasa coklat. 

"Yang bikin gemuk bukan coklatnya tetapi ingridien lain yang jumlahnya lebih besar seperti creamer dan gula," tutur Gusde. Jika coklat murni yang dimakan seperti biji coklat yang dirosting dan dipecah kecil-kecil sejatinya mengandung anti oksidan dan zat-zat yang menyehatkan tubuh lainnya. 

Coklat asli tidak mengandung lemah jahat yang bikin jerawat. Agar tidak sakit perut, makan coklat yang sumbernya jelas dan teknik produksi memiliki standar higienitas tinggi.

Anggapan harga coklat mahal juga tidak sepenuhnya benar, berkiblat pada harga kopi yang disuguhkan gerai kopi starbucks kepada pelanggannya seharusnya harga coklat tak patut dikeluhkan. 

Terbukti, kopi dijual dengan harga tinggi juga dinikmati pelanggan yang orang Indonesia asli. "Ada 485 gerai kopi starbucks di Indonesia, itu artinya harga kopi yang dijual di starbucks mampu dibeli orang Indonesia. Jadi kalau ada harga coklat dengan kualitas baik maka dipatok dengan harga kopi seperti yang dijual starbucks tentu tidak berlebihan dong?," tanya Gusde retoris.

Gusde pun menuturkan masyarakat yang mengkonsumsi coklat yang diproduksi di pabrik coklat Junglegold Bali pasti bikin happy. Kandungan coklat yang minimal 64% mampu menjaga kesehatan dan moodbuster bagi penikmatnya. 

Coklatnya diproduksi dari biji kakao produksi petani Indonesia dengan kualitas. Biji kakao yang diolah di Junglegold Bali dipasok oleh petani kakao di Bali dan Luar Bali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline