Lihat ke Halaman Asli

Pengakuan Mantan Wartawan

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya tertarik mendengar pengakuan jujur teman saya,mantan seorang wartwan lokal di Bali.Menurutnya,ia sering merasa berdosa dalam merefortase sebuah berita karena   berita yang tercetak tidak obyektip.Hal ini disebabkan  adanya  pesanan dari nara sumber kepada redaktur /penanggung jawab redaksi sehingga berita yang termuat sering tidak sesuai dengan kata hatinya sebagai seorang insan pers.

Namun apa mau dikata dasar "keburtuhan perut" ia terpaksa menjadi "koki" yang menghidangkan makanan sesuai pesanan."Terus terang,saya gak berani terlalu  edialis untuk mempertahkan prinsip -prinsip pers yang bebas bertanggung-jawab karena dibelakangnya saya ada sejumlah nyawa yang perlu makan dan kebutuhan lainnya.Akibatnya saya terpaksa melakukan "dosa profesi" yang sebetulnya pertentangan dengan kata hati"katanya jujur.

Bila dikaitkan dengan pengakuan jujur teman saya itu,rasanya tidak mengherankan kalau berita-berita yang termuat di media lokal di Bali dalam beberapa bulan terakhir ini  kerap menimbulkan gerah,Fasalnya banyak berita yang memuji seorang figur secera berlebihan namun tidak sedikit pula yang mencaci maki,mengumpat habis-habisan seorang pejabat.Akibatnya ber,munculan pertanyaan ,"ada apa dibalik semua itu"? Kenapa profesi yang luhur dan berakses pada kepentingan rakyat itu diperjualbelikan dengan cara murahan?  Mudah-mudahan pengakuan jujur teman saya yang mantan insan pers  itu sebagai jawaban atas segala pertanyaan yang muncul untuk selanjutnya dibenahi oleh praktisi pers sehingga ke depan media/pers betul-betul menjadi corong untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline