Kasni Menot (80) janda miskin warga warga Dusun Tompo Gunung RT 02 RW 10, Desa Kalongan, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang yang didera kemiskinan, terpaksa tinggal di gubug kecil bekas kandang kambing. Kendati begitu, ia sangat menikmati kehidupannya yang memprihatinkan tersebut.
Keberadaan Kasni yang biasa disapa dengan panggilan mbah Kasni, sebelumnya terdeteksi oleh relawan Lentera Kasih untuk Sesama (Lensa) Cabang Ungaran. Di mana, para relawan yang tak tega melihat kehidupannya, sebenarnya memiliki rencana mulia, yakni memindahkannya ke Panti Jompo. "Beliau mencari nafkah sebagai pemulung dengan penghasilan maksimal sehari Rp 10.000," kata Endria Shanti yang merupakan relawan asal Ungaran.
Karena uang sebesar Rp 10.000 belum tentu didapat, lanjut Shanti, maka untuk kehidupan sehari-hari lebih banyak mengandalkan bantuan warga. Celakanya, pamong desa setempat yang berupaya membantunya, kerap terbentur faktor persyaratan yakni e-KTP mau pun KK. Pasalnya, akibat terlalu awamnya fungsi dokumen kependudukan, mbah Kasni tidak mengurusnya.
"Beliau dulu mempunyai suami dan satu anak laki- laki, tetapi sudah cerai. Sedangkan anak satu- satunya juga pergi entah kemana. Yang jelas, sekarang menjalani kehidupan dalam kesendirian," ungkap Shanti.
Apa yang disampaikan Shanti, juga dibenarkan relawan lainnya yang bernama Arjuna. Dia yang menemukan pertama kali, mengaku sangat sedih melihat kehidupan mbah Kasni. " Yang membuat kami salut, tiap waktunya sholat, beliau selalu menjalankan kewajibannya di Masjid yang terletak sekitar 100 meter dari rumahnya," kata Arjuna.
Di Masjid yang sama, menurut Arjuna, mbah Kasni saban harinya juga menuntaskan hajat dan mandi. Sebab, bekas kandang yang ditempatinya tak dilengkapi fasilitas MCK. Terkait hal tersebut, Arjuna mengusulkan agar janda uzur itu bisa ditempatkan di Panti Jompo yang dikelola Dinas Sosial Kabupaten Semarang.
Yang menyedihkan, ungkap Arjuna, kendati tinggal di pelosok pedesaan, namun sebenarnya jarak ke rumah dinas Bupati Semarang hanya sekitar 7 kilometer. Tentunya, itu merupakan jarak yang relatif pendek. Sehingga, cukup mengherankan bila keberadaan mbah Kasni belum terdeteksi aparat pemerintahan. " Kalau pihak pamong desa, dugaan kami selalu terbentur birokrasi. Jadi seyogyanya diambil alih instansi yang lebih tinggi," jelasnya.
Apa yang diungkapkan Shanti mau pun Arjuna membuat saya penasaran, untuk memastikannya, maka bersama relawan asal Kota Salatiga merasa perlu mendatangi lokasi tempat mbah Kasni tinggal. Sebab, bagaimana pun juga, membantu duafa harus dilakukan cross check data ke lapangan.
Tak Mau Hidup di Panti Jompo
Untuk menuju Dusun Tompo Gunung, dari Salatiga harus menempuh perjalanan sekitar 35 kilometer. Begitu keluar pintu tol Ungaran, beberapa saat kemudian melewati jalan aspal yang tidak begitu lebar. Hingga berulangkali bertanya ke warga, akhirnya tiba juga di gubug mbah Kasni. Kebetulan, beliau baru usai menjalankan sholat Ashar.
Bekas kandang kambing yang dimanfaatkan mbah Kasni, berukuran sekitar 3 X 4 meter, dindingnya menggunakan seng yang sudah banyak lobangnya. Tentunya, di malam hari saat cuaca hujan, otomatis di dalamnya serasa berada di ruang berpendingin. Bagian dalam, terdapat ranjang kayu, lemari kecil dan sebuah kursi plastik. Sedangkan untuk menjerang air atau menanak nasi, dibuat dapur ala kadarnya yang terletak di belakang gubug.