Lorong kebetulan kosong. Ada saat menunggu untuk pulang malam. Rumah itu selalu dirindukan, dalam susah dan senang.
Menunggu kepastian, termasuk sulit nian. Karena itu bahan untuk pengambilan keputusan saat ini dan mendatang.
Di lorong penantian itu, pasti pikiran tidak mungkin diam. Semakin banyak keinginan yang dikira paling unggul dan menawan
Ia menyelinap sebentar, lalu tampil sekilas. Kehendak pun beranak semakin banyak. Daya spiritual tergoda oleh kekuatan nalar.
Kehendak, sejatinya kekuatan ruhani. Ia ada di sekitar, walau hanya sebentar.
Lorong itu semakin kosong, saat menunggu keberangkatan pulang. Senyap mengendap-endap, sebelum kereta datang. Apalagi hujan masih gemar mengguyur malam. Kemarau pun tiada kunjung datang.