Lihat ke Halaman Asli

Bambang Iman Santoso

CEO Neuronesia Learning Center

Rethinking dan Resolusi Menuju Indonesia Emas 2045

Diperbarui: 9 Januari 2023   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Melihat Indonesia Emas 2045. (sumber: Kompas.com/Wicak Hidayat) 

Jakarta, Kamis, 5 Januari 2023. Tahun 2045 menjadi momen yang sangat penting; satu abad Indonesia merdeka. Kejayaan dan kemajuan di tahun itu merupakan agregat segala upaya pembangunan dan kerja keras bangsa ini tentunya. 

Potret hari ini dapat diproyeksikan ke depan yang tinggal 22 tahun lagi, dan itu tidaklah terlalu lama. Hanya membutuhkan waktu 4 periode pemerintahan baru setelah 2024. Pastinya semua berharap akan berjalan mulus seperti yang dimimpikan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Banyak indikator positif yang mendukung optimisme itu, seperti proses pembangunan infrastruktur yang terus berjalan, laju pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh, tingkat kesejahteraan dan kemakmuran yang terus naik, dan seterusnya. 

Namun ada persoalan-persoalan krusial bangsa yang juga dikhawatirkan serta telah menjadi pengetahuan dan rahasia umum bangsa ini. Baik secara persepsi dan opini publik masyarakat kita, maupun pandangan dan penilaian bangsa lain terhadap negeri kita tercinta.

Kekhawatiran-kekhawatiran di balik kesuksesan dan kejayaan bangsa kita yang dimaksud merupakan rapot merah yang harus segera dievaluasi, dan dicarikan solusi jalan keluarnya, agar dapat diperbaiki secepatnya. Rapot merah dimaksud yang dirasakan dalam tulisan ini di antaranya adalah; 1) sistem kehidupan berpolitik, 2) penegakan hukum, 3) mental koruptif dan kecerdasan bangsa. Tiga hal sensitif untuk dibahas, namun faktanya terus terjadi. Ketiga aspek tersebut sangat erat dan saling berkaitan. Mari kita coba uraikan bersama satu per satu, dengan berpikiran jernih (clear mind).

Seperti diketahui bersama, menurut pemberitaan-pemberitaan media masa terdapat 76 parpol (partai politik) yang akan berpartisipasi pada pemilu tahun 2024. Jumlahnya yang terus bertumbuh. 

Pertumbuhan itu tidak selalu disikapi secara positif. Logika masyarakat awam pun akan berpikir ulang; dengan semakin banyaknya jumlah parpol yang mendaftar, artinya semakin besar total jumlah dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan partai-partai tersebut. 

Ada keterbatasan APBN yang disediakan untuk itu, sehingga masing-masing partai pun akan memperoleh jumlah dana yang semakin kecil karena bilangan pembaginya semakin besar, yang bisa dipastikan tak akan mampu lagi membiayai kegiatan-kegiatannya secara optimal. 

Oleh karena itu parpol bisa diprediksikan akan menambah jumlah dana tersebut dari sumber-sumber yang sangat mungkin disediakan oleh pihak-pihak swasta lokal dan asing (capital inflow), dan para pengusaha besar yang mampu (alternative capital resources).

Meminjam terminologi asing, pembiaran multi partai ini bisa jadi merupakan 'stupidity in politics'. Jika jumlah partainya banyak, sebenarnya yang paling diuntungkan adalah para kapitalis. Hubungan antara oligarki dengan kapitalis (kaum pemodal) semakin lengket dan mesra. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline