Lihat ke Halaman Asli

Bambang Iman Santoso

CEO Neuronesia Learning Center

Kuasa Tuhan di dalam Neuron

Diperbarui: 25 Maret 2020   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community

Jakarta, 25 Maret 2020. Otak manusia adalah jaringan yang terdiri dari lebih seratus miliar neuron. Pengalaman yang berbeda menciptakan koneksi antar neuron yang berbeda, menghasilkan emosi berbeda. Dan tergantung pada neuron yang memperoleh stimulasi rangsangan, koneksi tertentu menjadi lebih kuat dan lebih efisien, sementara yang lain mungkin menjadi lebih lemah. Inilah yang disebut neuroplastisitas.

Seseorang yang terlatih menjadi musisi akan menciptakan koneksi antara neuron yang lebih kuat yang menghubungkan dua belahan otak, agar bisa menjadi kreatif secara musikal. Bisa dikatakan hampir semua bakat atau keterampilan bisa diciptakan melalui pelatihan.

Rudiger Gamm, yang dianggap sebagai 'murid tanpa harapan', awalnya terbiasa gagal, dan membentuk menjadikannya sebagai 'kalkulator manusia' yang terkenal. Mampu melakukan memecahkan matematika yang sangat kompleks.

Rasionalitas dan ketahanan emosional bekerja dengan cara yang sama. Hubungan neuron yang bisa diperkuat. Apa pun yang kita lakukan setiap saat, secara fisik telah memodifikasi otak kita menjadi lebih baik dalam hal ini. Karena mekanisme dasar cara kerja otak, "menjadi sadar diri" atau meningkatkan kesadaran diri, self awareness akan dapat sangat memperkaya pengalaman hidup kita.

Neurosains Sosial

Neuron dan neurotransmiter tertentu, seperti norephinephrine, memicu keadaan defensif, kita merasa bahwa pikiran kita harus dilindungi dari pengaruh orang lain.

Jika kita kemudian dihadapkan pada perbedaan pendapat, bahan kimia yang dilepaskan di otak sama halnya seperti pada saat kita mencoba memastikan kelangsungan hidup dalam kejadian yang berbahaya, terdesak atau dalam keadaan terancam.

Dalam keadaan defensif ini, bagian otak yang lebih primitif mengandung pemikiran rasional dan sistem limbik kita dapat menghilangkan sebagian besar memori kerja, secara fisik menyebabkan 'pemikiran yang sempit'.

Kita menjumpai ini dalam kehidupan 'politik ketakutan', dalam strategi permainan poker atau sesederhana ketika menemui seseorang keras kepala dalam berdiskusi. Tidak peduli seberapa berharganya ide gagasan seseorang, otak akan mengalami masalah dalam memprosesnya saat kita dalam keadaan seperti itu.

Pada tingkatan neural, pada keadaan seperti itu kita bereaksi seolah-olah kita terancam. Bahkan jika ancaman ini berasal dari opini atau fakta yang tidak berbahaya sekalipun, yang mungkin bisa kita temukan bermanfaat dan dapat kita sepakati secara rasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline