Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Guru Memberikan "PR" dari Aporia ke Dialog Menon Sokrates

Diperbarui: 28 Juli 2018   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru Memberikan "PR" Dari Aporia Ke Dialog Menon Sokrates*

Pada pemakalah di Kompasiana beberapa hari sebelumnya ada diskursus Dinas Pendidikan Kota Blitar melarang Guru memberikan "PR" kepada anak didiknya. Untuk menjawab hal ini saya akan menggunakan dialog antara Menon, dengan Socrates yang menyimpulkan bahwa  matematika sebagai pengetahuan berstatus tetap dan stabil dan matematika tak berwaktu. Pengetahuan ini adalah membentuk kemampuan argumentasi pengetahuan wujud  "ingatan (anamnesis). 

Dikemudian  hari matematika, dan ingatan (anamnesis) dipakai negarawan  berjiwa budi luhur dan dapat memberikan keputusan yang tepat. Jadi PR oleh Guru adalah bersifat wajib tanpa syarat untuk membentuk  pengetahuan sebagai ingatan (anamnesis).

"Bagaimana logika dan pendasarannya", maka saya menggunakan pemikiran padaa teks

Socrates and Meno (diterjemah menjadi nama "Menon").

buku Republic Platon (Plato) ayat (71d-79e) berisi Dialog Menon Sokrates upaya memberikan dan mendefinisikan "pengetahuan sebagai ingatan". Pernyataan Menon, dan sanggahan Sokrates terdapat dalam dialog tersebut.

Ke (1) Pernyataan Menon, tiap manusia memiliki keutamaan dalam komposisi yang berbeda-beda sesuai dengan karekter setiap manusia. Dan sanggahan Sokrates bagimana mungkin Menon tidak memberikan alasan tentang definisi umum yang mengikat seluruh pemahaman dimana tiap-tiap keutamaan terbagi-bagi secara parsial dan masing-masing tidak otonom, namun berpartiasipasi aktif pada satu kesatuan menyeluruh.

Ke (2) Pernyataan Menon, keutamaan manusia (ugahari) adalah kemampuan memerintah manusia lain. Dan sanggahan Sokrates anak SD, atau baru belajar kencing tidak memiliki kekuasaan tetapi bisa memerintah manusia tuanya, budak bisa memerintah manusia lain tanpa harus ada keberutamaan.

Ke (3) Pernyataan Menon, keberutamaan adalah keinginan pada segala sesuatu yang indah, dan sanggup memeliharanya dengan baik. Dan sanggahan Sokrates bila setiap manusia berhasrat pada sesuatu yang sama, tetapi ada manusia berhasrat pada segala sesuatu  yang indah, sehingga manusia tersebut menjadi korban hasratnya akibat tidak mampu membedakan keindahan dan kebaikan. Padahal dua hal ini adalah berbeda.

Ke (4) Pernyataan Menon, keutamaan  (Ugahari) adalah kemampuan manusia merawat segala sesuatu yang baik. Dan sanggahan Sokrates bila tiap manusia memiliki kemampuan merawat segala sesuatu yang baik tersebut  tidak memiliki keberutamaan, maka kemampuan tersebut tidak membuat menjadi orang berkeutamaan, namun justru menjadi manusia durhka.

Socrates sebagai guru pendidik (Paideia), ingin menyatakan bahawa ke empat (4) pernyataan Menon membuat definisi keberutamaan hanya mengalami jalan buntu (aporia) karena dipahami secara parsial.

Akibat jalan buntu (aporia) ini Menon menawarkan agar diskusi dapat dilanjutkan dengan membuat batas jelas bahwa tidak mungkin mencari-cari sesuatu yang tidak dapat di ketahui, demikian sebaliknya manusia yang mengetahui makan tidak perlu mencarinya. Lagi lagi Socrates guru kebijaksanaan memberikan sanggahan bahwa "pengetahuan sejati sesungguhnya bersemayam dalam jiwa yang tidak mati (he psukhes athanatos) dan pengetahuan ini muncul dengan wujud  "ingatan (anamnesis).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline