Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Pemikiran Metode, dan Hipotesis Marburg School, Natorp (tulisan 3)

Diperbarui: 13 Juli 2018   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemikiran Metode, dan Hipotesis  Marburg School:  Natorp (tulisan 3)

Gadamer sebagai mahasiswa Natorp  dikemudian hari menyusun mahakarya buku Truth And Method, (Kebenaran, dan Metode).  Gadamer pada buku Truth And Method, (Kebenaran, dan Metode), menggunakan kata "dan" menunjukkan adanya ketegangan dan secara konstruktif  menyusun metode empirik untuk bidang ilmu humaniora. 

Dan untuk mencapai kebenaran kompetensi hermeneutika mesti diubah menjadi peleburan fusi horizon dalam dialektika. Metode menurut Gadamer justu menghambat kebenaran, sedangkan dialektika terus menerus dilakukan untuk mengumpulkan serpihan-serpihan kebenaran sehingga menjadi bulat, dan utuh.

Maka interprestasi  Marburg School:  Natorp kata metode, dengan menulis :"The word "method", metienai, implies not a mere "going" or movement in general; nor, as Hegel believes, a mere accompanying [going-with]; rather, method means a going towards a goal, or at any rate in a secured direction: it means "going-after" [pursuit]". 

Kata Metode,  metienai, dimaknai bukan hanya "pergi" atau gerakan secara umum, atau seperti dipercayai Hegel, hanya sekedar menyertai {pergi dengan}; lebih tepatnya pergi menuju tujuan, atau pada tingkat apapun dalam arah aman: itu berarti pergi setelah [pengejaran].

Natorp bahwa tujuan berada pada metode, menggunakan kemampuan pancaindra dipandu ide regulative atau konsep batas (Grenzbegriffe).  Natorp ingin mereparasi pemikiran Kant pada apriori yang didasarkan pada pikiran murni (pure reason), mengatur recognisi pemaham subjek terhadap objek, melalui desain penelitian yang rigor, kemudian mengkoordinasikan dengan temuan ilmu baru.

Dengan meminjam 12 kategori transendental Kant, jika subyek memahami sesuatu  maka objek yang ketahui adalah objek yang terberi sesuai kategori. Konsekuensinya maka sebenarnya manusia tidak pernah mengetahui objek itu pada dirinya sendiri.  

Atau disebut Kant, bahwa manusia dapat mengetahui objek yang terberi kepada kita" (das Ding fr uns) atau fenomena atau Penampakan (Erscheinung) dan kita tidak tahu "objek pada dirinya sendiri" (das Ding an sich), atau noumena.  Maka dapat disimpulkan satu cara mengetahui objek itu hanya melalui kategori-kategori. 

Dan kategori-kategori/kacamata itu telah selalu mem-frame setiap objek apa saja sesuai dengan 12 kategori tersebut. 12 Kategori-kategori transendental ini adalah pikiran murni (pure reason), pikiran tanpa isi. Maka hanya berbentuk bentuk pikiran. Isi yang dipikirkan oleh pikiran adalah penampakan objek yang terberi melalui Ruang, dan waktu. 

Maka berpikir adalah mensintesiskan 12 kategori-kategori tersebut. Objek mengarahkan dirinya (dalam bentuk penampakan) kepada subjek untuk diresepsi (secara pasif) dan kemudian subjek melakukan determinasi (secara aktif) pada  penampakan itu melalui 12 kategori transendental tersebut.

Maka Natorp berselisih paham pada Kant tentang 12 Kategori-kategori transendental ini adalah pikiran murni (pure reason) hanya membatasi pengalaman (begrenzt). Bahwa objek pada dirinya sendiri" (das Ding an sich) benda itu sendiri bukanlah X pikiran yang bebas, melainkan X yang tersirat berarti fakta kemajuan ilmiah atau totalitas kemajuan pengetahuan ilmiah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline