Lihat ke Halaman Asli

Benz_Hermawan

Tukang Jait

Isoman Covid-19 dan Meninggal Tak Kebagian Oksigen

Diperbarui: 18 Juli 2021   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokumen Dari Teman Dinsos Surabaya

Kembali, kabar itu terdengar. Kali ini tiga orang dinyatakan meninggal dunia diagnosa Covid-19. Kabar seketika itu mengemuka ketika pengurus masjid mengumumkannya melalui pengeras suara.


"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, telah meninggal dunia, Bapak Anton di Blok S," kata pengurus masjid melalui pengeras suara yang diucapkan beberapa kali.

Belum usai rasa sedih, kehilangan satu orang tetangga. Lagi suara keras terdengar,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, telah meninggal dunia, Bapak Agung dari Blok S," kata pengurus masjid melalui pengeras suara yang diucapkan beberapa kali.

Sontak kami yang ada dirumah terdiam. Pesan-pesan WhatsApp terkait kematian tetangga mengemuka. Bahkan sebelum kabar itu datang, Pak Agung yang juga salah seorang RT pagi tadi masih bercakap-cakap dengan RW melalui WA.

"Tadi Minta oksigen tapi belum dapat. Tadi saya buatkan surat domisili ke lapangan tembak. Surat baru selesai tapi Allah berkehendak lain," kata PK RW dalam grub WA.

Dari apa yang disampaikan RW menjadi tanya, sejauh mana penanganan di rumah sakit rujukan? Ya beberapa rumah sakit kewalahan dalam menerima pasien covid. Bahkan layanan kesehatan yang ada seolah melambaikan tangan menyusul berjubelnya pasien.

Kematian Pak Anton dan Pak Agung di rumah ini menjadi kisah pilu, dimana kematiannya bukan murni akibat covid namun kehabisan oksigen menyusul saturasi yang semakin menurun.

Jika merujuk data kdar oksigen normal berkisar antara 95 sampai 100 persen, yang menandakan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan peredaran darah berfungsi dengan baik.

Tentu kita sebagai manusia tidak ingin apa yang terjadi dengan mereka. Terjadi pada diri kita. Bagaimana tidak enaknya tidak mendapatkan penanganan maksimal karena penuhnya pasien.

Entah ini dunia terbalik atau apa. Jika awal-awal kebanyakan pasien komorbit atau penyakit bawaan yang mengalami kerentanan, kini berubah, pasien tidak mendapatkan penanganan maksimal karena penuhnya rumah sakit menjadi ujian.

Apa yang terjadi ini, tentu nyata. Sungguh ironi jika masih ada yang tidak percaya bahaya Covid dan masih berpikir Corona adalah rekayasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline