Lihat ke Halaman Asli

Baiq Wahyu Diniyati

Program MPBA Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hidup Segan, Mati Tak Mau

Diperbarui: 17 Januari 2023   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Coba tanyakan pada diri anda, Apakah sudah bertanggung jawab pada hidup sendiri? Sudah bisa mengendalikan waktu sesuai dengan kebutuhan? Ataukah sekedar hidup saja, buka mata - lalu tidur kembali.  Melewati waktu begitu saja tanpa adanya produktifitas dalam diri.

Hasil survei menunjukkan suatu fakta bahwa tiap hari manusia menghabiskan 40 menit hanya untuk memikirkan akan makan apa, perempuan menghabiskan waktu 125 jam pertahun untuk membeli baju, sepatu dan aksesoris lainnya, anak remaja menghabiskan waktu 8 jam per hari untuk bermain gedget, masyarakat menghabiskan waktu 26 tahun dalam hidupnya untuk menikmati tidur, dan terakhir orang Indonesia menghabiskan 1 jam untuk menonton Youtube dan lebih dari 3 jam hanya untuk aktif bermain media sosial.

Kita begitu mudah untuk melewati waktu detik demi detik hanya untuk beragam hal tanpa merasa waktu yang terlewat adalah esensi dari hidup kita, yang seharusnya bisa kita lewati dengan hal hal hebat dengab menjadi pribadi yang lebih bermanfaat dan produktif dalam menjalani kehidupan.

Sebenarnya tidak ada larangan untuk bermain internet setiap hari, bermedia sosial tanpa batasan waktu paling tidak jangan terlarut, hingga pada akhirnya terlena dengan waktu kita yang sangat terbatas, setidaknya kita bisa bijak  dalam menggunakan segala fasilitas yang ada. Waktu begitu terbatas, kita mempunyai banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang harus segera diselesaikan.

Sekali lagi, coba kita pertanyakan lagi pada diri kita, adakah tujuan hidup yang jelas?
Seperti pribahasa di atas yang mengatakan " Hidup segan, mati tak mau" pribahasa ini menggambarkan seseorang yang tidak ingin berbuat apa apa untuk meningkatkan value hidupnya,  tak memiliki kejelasan tujuan dalam hidup.

Setiap orang memiliki jatah waktu 24 jam dalam sehari. Tetapi mengapa hasilnya berbeda antara satu orang dengan orang yang lain?

 Ada yang mampu menghasilkan karya yang luar biasa dan ada pula yang tidak menghasilkan karya apapun kecuali menjadikan hidupnya sebagai beban saja. Ternyata salah satu pengaruhnya yang sangat signifikan adalah perbedaan dalam memenej waktu.

Kita mungkin pernah merasa waktu berlalu begitu cepat, ada juga yang merasa sangat lambat. Dengan demikian rentang waktunya ternyata bukan sekedar jumlah dan akumulasi hitungan menit saja.

Melainkan sangat berkaitan dengan kondisi kejiwaan sesorang. Kalau sudah begitu, banyak sekali orang yang melewati waktu tetapi tidak ada nilai tambah dalam dirinya, baik pertambahan ilmu, pertambahan kualitas dan kuantitas ibadah, pertambahan kontribusi  bagi sesama, pertambahan ekonomi finansial dan lain sebagainya. Yang ada hanya tambah tua tapi tak tambah dewasa.

Seykh Yahya bin Hubairah mengatakan bahwa waktu adalah sesuatu yang paling berharga untuk dimiliki sekaligus sesuatu yang paling mudah untuk di sia-siakan. Orang yang mengabaikan waktunya, sama saja dengan ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Jika hidupnya telah di sia-siakan maka tak ada arti apapun bagi hidupnya di dunia. Kalau sudah tak memiliki arti, maka tak ada bedanya antara kehidupan  dan kematiannya. Karena keduanya sama sama tidak berguna.

Kalau hidup dan mati saja tidak berguna, sungguh miris bukan?
Lantas apa yang akan kita lakukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline