Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Anak Indonesia, Terpengaruh Nama-nama Binatang

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13291319431893302178

"Yeeeeeh...M****t teh, tong maen bola didinya atuh..teu karunya ka indung maneh??!!!", dengan lantang seorang guru meneriakkan perkataan tersebut untuk melarang siswa-siswanya bermain bola dikubangan air hujan yang hampir mirip dengan kubangan lumpur. Gee..!!! Apa yang terjadi dengan pendidik kita? Terkadang kita tidak sadar, hal kecil yang kita lakukan bisa berdampak besar kelak dan kita tidak bisa menghindari akibat yang dihasilkan. Secuil kisah tersebut terjadi di sebuah sekolah yang notabene negeri, dan tidak akan disebutkan nama sekolah dan daerahnya. Yang dipertanyakan, apakah hanya di sekolah tersebut kisah itu terjadi?. Semoga contoh yang disajikan, tidak terjadi ditempat anda mengajar.. Entah kapan kata-kata binatang itu hadir ditengah-tengah keindahan bahasa Indonesia dan berbagai macam bahasa daerah yang kita miliki. Kehadirannya begitu menyerang perbendaharaan kata anak-anak Indonesia seperti virus yang menggerogoti tubuh tiada hentinya tanpa memilih bagian tubuh mana yang terlebih dahulu yang akan diinfeksi. Kembali kepada kisahnya, saya hanya bisa tersenyum kecil ketika saya menyaksikan kejadian tersebut dan setelahnya saya menemukan sebuah kertas bertulisan berukuran F4 yang ditempel dikaca salah satu kelas, lebih ironis lagi kertas itu hanya ditempel di satu kelas saja dan setelah dicek memang tidak ada kertas seperti itu dikelas lainnya. Mungkin salah satu kesalahannya adalah guru tersebut harusnya menempelkan kertas seperti itu juga di kelas tempat beliau mengajar. Hmmmm,,dibawah ini merupakan hasil jepretannya. Untuk apa memasang kertas bertuliskan "DILARANG BERKATA JOROK DAN KASAR!", tapi pendidiknya sendiri mencontohkan perilaku yang mencerminkan perkataan tersebut. Saya yakin semua orang pasti pernah berkata-kata dengan menggunakan kata binatang tersebut(termasuk saya sendiri) walaupun dalam hati, disaat dia kesal, marah, jengkel atau saat berkumpul dengan teman-teman terdekat. Tapi alangkah baiknya kita bisa menyesuaikan diri, dengan siapa kita berhadapan dan akibat apa yang akan timbul ketika kita bersikap semaunya kita. Peran orangtua(keluarga) sangatlah diperlukan dalam hal ini, kadang-kadang ketika anak melakukan salah orangtua biasanya langsung memarahi atau mengatakan kalau apa yang dia lakukan itu salah. Mengutip perkataan dosen saya, "Saat anak berperilaku aneh atau salah, sebagai orangtua seharusnya terlebih dahulu bertanya kenapa dia berperilaku seperti itu?". Jadi orangtua sebaiknya tidak hanya mengajarkan anak untuk menghormati dan menghargai orangtua, tapi orangtua juga seharusnya belajar untuk menghormati dan menghargai anak-anaknya. Salah satunya dibiasakan berbicara sopan dan tidak kasar, memanggil anak dengan sebutan yang halus (seperti: sayang, anakku yang cantik, dan lain-lain), kemudian saat bersalah biasakan untuk meminta maaf, berterimakasih saat diberi sesuatu. Selain orangtua, pendidik tidak kalah memiliki peran dalam perkembangan anak, tidak hanya dalam segi pengetahuan tapi juga dalam segi perilaku. Biasanya pendidik dijadikan contoh oleh anak didiknya, tidak jauh berbeda dengan orangtua, pendidik pun semestinya bisa menyuguhkan contoh perilaku yang baik bagi anak didiknya. Seperti: tidak memilih-milih (antara pintar dan kurang pintar) dalam mendidik anak atau tidak mendiskriminasi anak yang memiliki kelebihan atau kekurangan. Semoga bermanfaat. :) #M****t = salah satu nama binatang HildaWidyawatiMustopa0903398




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline