Lihat ke Halaman Asli

Bazaruddin Ahmad

Berkaryalah

Sejak Sajak

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja hanya sebentar

Kucumbui senja di pangkal gelisah

Pada laut berliur di tepi lidah, kulampiaskan sepi yang menanah

Pada angin menyusur di ujung desah, kutiup segala timbunan amarah

Pandang mata beredar, berhenti paku di ufuk barat

Ada jingga raksasa yang siap tertelan

Gelagat malampun sedia menjelma

Lekas kugegas menuju rumah

Siap kembali jadi pengawal hari

Sangsi puisi

Kusangsikan sebatang puisi ini bisa membuatmu tersenyum.

Karena katamu, senyum sekarang tidak lagi murah

Tak bisa ditukar dengan khayalan

Harus bikin kenyang untuk senang

Harus berwarna terang untuk melupakan kesedihan

Tak bisa dibandingkan dengan terawang yang enggan berkesudahan

Seperti puisi, seperti aku

Mempawah 13-10-2010

Sejak sajak

Sejak sajakku beranak pinak

Dengan wajah kosa kata

Bertubuh sepi

Bernafas gumam

Kutahu ini akan percuma

Karena tak kutunjukkan pada mereka

Siapa ibunya sebenarnya

Dan kini, aku hanya bisa bilang

Ibumu telah pergi, bukan di dunia puisi

Tapi dunia yang pasti memberinya suami

Mempawah 13-10-2010

Suara latar

Apa yang kudengar mungkin tiada kau sadar

Suara hujan jatuh di dahan hati

Diiring terpa angin utara jiwa

Oh, senyummu terlalu memukau

hingga segala bunyi menjadi nyanyi

tatapmu teramat teduh

hingga lirik berbau rintik

dan bila kau dengar setiap debar

ada namamu yang memusar

bersama rindu membelakangi di tiap jengkal pertemuan kita,

Boyolali, 22 11 11




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline