Lihat ke Halaman Asli

Mahdiya Az Zahra

lifetime learner

Menanti Pemimpin Masa Depan

Diperbarui: 30 November 2017   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagi lagi saya akan bawa drama korea. Entah kenapa, tapi drama korea memberikan gambaran yang pas terkait sesuatu yang akan saya bahas. Drama korea yang mengisahkan kehidupan modern tak pernah lepas dari seorang pemilik perusahaan dan pewarisnya. Alur yang tak diragukan lagi yaitu perebutan pewaris perusahaan. Seorang presiden direktur (CEO) yang mendirikan perusahaan adalah seorang ayah yang telah berjuang bertahun-tahun lamanya untuk bisa sukses membangun sebuah perusahaan. Dimulai dari masa-masa sulit yang diselimuti dengan kemisikinan hingga menjadi perusahaan besar yang tak tertandingi.

Biasanya cerita ini akan dibumbui dengan konflik tentang cerainya sang ayah atau meninggalnya sang ibu dan tinggal lah sang anak (pewaris) sendirian. Kejadian itu mengakibatkan sang ayah menikah lagi, biasanya dengan janda yang memiliki seorang anak.

Akhirnya terdapat dua kandidat pewaris perusahaan yang sama-sama kuat. Selain karena kemampuannya, juga karena orang tua mereka saling menginginkan mereka mendapatkan posisi itu.

Sang ayah tentunya ingin perusahaannya diwarisi oleh orang yang betul-betul memahami visi dan misi perusahaannya. Yang bisa dilakukan adalah mencetak generasi dan ia bimbing untuk menjadi pewaris perusahaan. Maka sejak anaknya lahir, ia telah dipersiapkan untuk memimpin sebuah perusahaan. Adab dan etika hukum tentang perusahaan,cash flow, management, dan segala ilmu tentang kepemimpinan telah ia ajarkan dan sampaikan sejak anaknya kecil. 

Sang anak kemudian tumbuh menjadi orang yang rendah hati dengan tanggung jawab penuh sebagai pemimpin. Sang ayah akan memastikan segala tingkah laku, pengetahuan, wawasan, serta linkungan pergaulan sang anak tetap dalam jalur yang ia harapkan. Sang ayah juga akan menilai dan menguji apakah anaknya layak menjadi pemimpin perusahaan. Biasanya sang ayah akan menempatkan sang anak dalam perusahaan pada posisi yang terendah dan dicoba hingga posisi tertinggi. Dari situlah sang ayah dapat menentukan kapan ia bisa menyerahkan perusahaannya.

Setelah proses membangun perusahaan yang begitu panjang dengan perjuangan yang tidak sebentar juga, sang ayah tentu tidak ingin perusahaannya bangkrut atau hancur di kemudian hari. Ia juga tidak ingin perusahaannya terlibat kasus hukum atau perusahannya mengakibatkan kerugian terhadap pihak lain. Ia mempunyai visi dan misi yang jelas dan matang bagi perusahaan. 

Dan yang memahami dengan betul seperti apa visi dan misinya adalah orang yang dari kecil ia didik dan ia bimbing untuk menggantikannya. Akan sulit sekali ia menerima orang yang tidak ia didik dari kecil untuk melanjutkan kepemimpinannya. Bukan karena keturunan, tapi anaknya lah yang mengerti seperti apa perjuangan ayahnya, dan anaknya lah yang sedari kecil dipersiapkan menjadi pemimpin perusahaan dan memahami betul visi misi ayahnya. Anaknya memahami apa yang diharapkan dan diinginkan oleh ayahnya untuk masa depan perusahaan.

Bahkan jika pengambilan keputusan didasarkan pada musyawarah pemegang saham, siapapun tidak akan rela menyerahkan perusahaannya dipimpin oleh orang yang tidak memahami betul seluk beluk perusahaan. Seperti hal nya Apple, Inc. yang didirikan oleh Steve Jobs, ia mendirikan dengan visi misi tersendiri yang mana salah satunya adalah kesempurnaan dan kualitas produk, desain elegan dan perangkat yang mewah. Perangkat lunak yang tiada tandingannya, dan memiliki hak cipta dalam setiap desainnya. 

Ia mengembangkan perusahaannya mulai dari nol dengan visi misi yang ia bangun. Tapi segalanya berubah ketika Apple sudah mendapat investasi, apa yang diluncurkan bukanlah karena kepuasan Jobs untuk memberikan produk yang terbaik untuk konsumen, namun karena persaingan ekonomi. Meluncurkan produk menjadi sebuah kompetisi bukanlah sebuah usaha untuk memudahkan dan memuaskan konsumen.

Hingga suatu saat Jobs dipecat oleh perusahaan yang ia dirikan sendiri karena hasil musyawarah pemegang saham. Betul sekali, sepeninggal Jobs Apple menjadi perusahaan yang tak tau arah tujuan. Hal ini dikarenakan tak ada yang memahami dengan betul untuk apa perusahaan itu didirikan, dan apa visi misi perusahaan itu. Pada akhirnya Jobs kembali memimpin perusahaan saat Apple sudah diambang kehancuran, hal pertama yang ia lakukan sekembalinya ke perusahaan adalah memecat semua orang yang hanya memikirkan kekuasaan dan ekonomi.

Kira kira seperti itulah jika kepemimpinan tidak dipegang oleh orang yang betul-betul memahami visi misi dari apa yang akan dipimpinnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline